JAKARTA - Dalam rangka memperingati HUT ke-33, Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) menggelar webinar dengan tema "Media dan Disabilitas" pada Jumat (23/7/2021). Pemilihan tema tersebut mengacu pada peraturan terbaru Dewan Pers tentang Pedoman Pemberitaan Ramah Disabilitas, selain itu juga bertujuan mengajak insan pers untuk merengkuh penyandang disabilitas. Sebagai saluran yang memiliki daya jangkau luas, diharapkan media dapat memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai permasalahan seputar penyandang disabilitas.
Webinar tersebut dihadiri oleh dua pembicara kunci, yakni Menteri Sosial, Tri Rismaharini (diwakili oleh Dirjen Rehabilitasi Sosial, Harry Hikmat) dan Ketua Dewan Pers, Mohammad Nuh. Hadir pula sejumlah narasumber terkemuka dari kelompok disabilitas, seperti Senny Marbun selaku Ketua Umum National Paralympic Committee of Indonesia (diwakili Ketua Empat Bidang Penelitian dan Pengembangan National Paralympic Committee Of Indonesia, Sapta Kunta), Nicky Clara selaku Founder berdayabareng.com, Cheta Nilawaty selaku Wartawan Tempo, dan Wili Yatno selaku SME Channel Specialist Galeri Indonesia Blibli.
"Kami harap dengan adanya Pedoman Pemberitaan Ramah Disabilitas, insan jurnalistik dan pelaku media dapat lebih berfokus pada penyandang disabilitas, menampilkan peran dari disabilitas, media juga bisa memberikan fungsi pendidikan kepada masyarakat luas tentang keberadaan peran dan kondisi penyandang disabilitas," papar Harry.
"Kesuksesan seseorang itu tidak hanya dilihat dari umur atau keterbatasan seseorang. Melainkan saat dia mau berusaha, maka kesuksesan itu akan menghampiri," pungkas Wili.
"Kita selalu berjuang dalam memperjuangkan kaum disabilitas, yaitu kesempatan, kesamaan, penghormatan, perlindungan, pelayanan publik, dan sosial pemberdayaan menuju peningkatan taraf hidup yang berkualitas adil, bermartabat sehingga tidak ada lagi kisah sedih disabilitas yang ditelantarkan, dieksploitasi, dan didiskriminasi," jelas Sapta Kunta.
"Saya berharap bahwa ini adalah saatnya momen seluruh stakeholder, terutama media yang menjadi tonggak dan pilar informasi di Indonesia, mampu menyebarkan dan meningkatkan awareness bagi kesetaraan hak-hak penyandang disabilitas, khususnya dibidang pekerjaan ataupun di pilar-pilar lainnya," terang Nicky.
Ia memberikan saran kepada para penyedia informasi untuk memberi perhatian penuh kepada penyandang disabilitas, khususnya penyandang disabilitas sensorik, karena mereka adalah sekelompok orang yang hingga saat ini masih merasa kesulitan dalam mengakses informasi.
"Untuk teman-teman disabilitas pendengaran, mungkin bisa disediakan running text tambahan untuk penggambaran deskripsi dari apa yang dibicarakan oleh narasumber apabila tidak tersedia juru bahasa isyarat. Dan bagi penyandang disabilitas netra, mohon memperhatikan mengenai aksesibilitas web atau aksesibilitas gambar," kata Cheta.
Sebagai rangkaian acara terakhir, LPDS mengumumkan Pemenang Lomba Karya Tulis Disabilitas dan Media Massa dengan tema "Menggali Potensi Mengukir Karya" dan juga pengumuman peluncuran empat buku LPDS yang ditulis oleh para pengajar, tokoh pers, praktisi pers, dan alumni LPDS. Buku pertama berjudul "LPDS 33 Tahun Mengabdi" yang berisi tentang bunga rampai peradaban kewartawanan. Buku kedua berjudul "Saya Wartawan Kompeten" yang berisi tentang petunjuk praktis uji kompetensi wartawan (UKW) berwawasan kebaruan. Buku ketiga berjudul "Bukan Demagog" yang berisi tentang bagaimana pers merawat kepercayaan publik di tengah situasi pandemi Covid-19, juga bagaimana pers memberikan berita yang positif terkait penyembuhan para pasien di masyarakat. Buku keempat berjudul "Rumah Kami LPDS" yang berisi tentang cerita para alumni LPDS yang mengikuti pelatihan atau pendidikan UKW di LPDS.
Diharapkan buku-buku tersebut dapat menjadi bacaan berharga bagi para jurnalis yang ingin meningkatkan kompetensinya, di samping itu juga berguna untuk akademisi, dosen, mahasiswa, maupun masyarakat yang berminat pada bidang jurnalistik.