Ia memberikan saran kepada para penyedia informasi untuk memberi perhatian penuh kepada penyandang disabilitas, khususnya penyandang disabilitas sensorik, karena mereka adalah sekelompok orang yang hingga saat ini masih merasa kesulitan dalam mengakses informasi.
"Untuk teman-teman disabilitas pendengaran, mungkin bisa disediakan running text tambahan untuk penggambaran deskripsi dari apa yang dibicarakan oleh narasumber apabila tidak tersedia juru bahasa isyarat. Dan bagi penyandang disabilitas netra, mohon memperhatikan mengenai aksesibilitas web atau aksesibilitas gambar," kata Cheta.
Sebagai rangkaian acara terakhir, LPDS mengumumkan Pemenang Lomba Karya Tulis Disabilitas dan Media Massa dengan tema "Menggali Potensi Mengukir Karya" dan juga pengumuman peluncuran empat buku LPDS yang ditulis oleh para pengajar, tokoh pers, praktisi pers, dan alumni LPDS. Buku pertama berjudul "LPDS 33 Tahun Mengabdi" yang berisi tentang bunga rampai peradaban kewartawanan. Buku kedua berjudul "Saya Wartawan Kompeten" yang berisi tentang petunjuk praktis uji kompetensi wartawan (UKW) berwawasan kebaruan. Buku ketiga berjudul "Bukan Demagog" yang berisi tentang bagaimana pers merawat kepercayaan publik di tengah situasi pandemi Covid-19, juga bagaimana pers memberikan berita yang positif terkait penyembuhan para pasien di masyarakat. Buku keempat berjudul "Rumah Kami LPDS" yang berisi tentang cerita para alumni LPDS yang mengikuti pelatihan atau pendidikan UKW di LPDS.
Diharapkan buku-buku tersebut dapat menjadi bacaan berharga bagi para jurnalis yang ingin meningkatkan kompetensinya, di samping itu juga berguna untuk akademisi, dosen, mahasiswa, maupun masyarakat yang berminat pada bidang jurnalistik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI