Mohon tunggu...
Intan Sari Anggraeni
Intan Sari Anggraeni Mohon Tunggu... Freelancer - Generator

Promise yourself, no matter how hard it is you will never going to give up on your dreams

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tingginya Kasus Bunuh Diri di Dunia pada Masa Pandemi Covid-19

21 Oktober 2020   19:40 Diperbarui: 21 Oktober 2020   19:46 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Namun yang sangat disayangkan adalah penanganan dari negara itu sendiri kepada warga negaranya harusnya lebih memberi perhatian khusus terkait masalah krusial ini. 

Seperti yang kita ketahui pandemi covid-19 bukan hanya mengambil nyawa oranng-orang yang terinfeksi virus, tetapi  juga mempengaruhi kesehatan mental banyak orang.

Penelitian dari Pine Riset Christian Mental Health Services memperkirakan peningkatan kasus bunuh diri sebesar 32 persen karena kehilangan pekerjaan, stress terkait kehilangan orang yang dicintai, dan kesepian karena isolasi atau karantina.

Setiap hari kasus baru covid-19 yang dilaporkan diseluruh dunia terus meningkat. Saat ini total kasus positif covid-19 per 21 Januari 2020 – 16 Oktober 2020 terdapat 39,9 Juta orang, 27,4 juta orang sembuh dan total keseluruhan yang meninggal dunia 1,11 juta orang. Sementara itu Amerika Serikat menempati kasus tertinggi dengan 8,18 Juta orang positif dan 219 ribu orang meninggal dunia.

Kesehatan mental, WFH, SFH dan Media

Masalah kesehatan dimasa pandemi sangat beresiko terhadap tingginya kasus bunuh diri. Apalagi berbagai pressure dari orang terdekat yang kurang mendukung bisa mengakibatkan mental kita terganggu.

Hal ini karena disaat pandemi orang-orang tidak disarankan untuk keluar rumah dan tetap berada dirumah untuk mencegah penularan virus corona. Kurang refreshing dan melakukan semua pekerjaan dari rumah atau work from home (WFH) membuat kesehatan mental kita menurun. 

Bahkan kadar hormon dopamine untuk meningkatkan rasa semangat dalam menjalani hidup juga menurun. Bekerja dari rumah tentunya sangat berpengaruh pada kesehatan, minim gerak dan jarang olahraga juga akan menimbulkan berbagai penyakit, maka seharusnya orang yang melakukan WFH harus tetap menjaga pola makan dan pola hidupnya agar imunitas tetap terjaga dengan baik dan tidak mudah terkena virus.

Bukan hanya WFH yang dilakukan oleh para pekerja, tetapi siswa yang seharusnya belajar disekolah, diharuskan belajar dirumah atau istilah yang muncul sekarang adalah study from home (SFH). 

Membuat siswa merasa tertekan karena sangat berbeda antara belajar dirumah seharian dengan belajar disekolah setiap hari. Kondisi keluarga juga memicu siswa tidak bisa fokus belajar dan susah untuk beradaptasi sehingga siswa merasa tertekan. 

Peran orang tua diseluruh dunia sekarang sangat disorot, biasanya jika terkait masalah pendidikan orang tua sepenuhnya menyerahkan kepada guru namun situasi yang sekarang berbeda, orang tua sangat dibutuhkan ketika anaknya lebih banyak belajar dirumah maka dari itu, anak harus diberi perhatian yang khusus supaya tidak stress dengan pembelajaran daring yang tentu saja banyak tugas dari sekolah dan harus dikerjakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun