Mohon tunggu...
Intan Nuraini
Intan Nuraini Mohon Tunggu... Penulis - Berusahalah selagi bisa berusah, dan yakinlah bahwa pertolongan Allah itu ada 🙂

Mahasiswi IAIN Jember Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam A1

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengenal tentang Filsafat Pendidikan Progresivisme beserta Tokoh-tokohnya

6 Mei 2020   12:32 Diperbarui: 6 Mei 2020   12:29 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum wr wb

Nah, bertemu lagi disini

Sebelum ke materi, ada yang tau ngak sih progresivisme itu ???

Nah, jadi progresivisme itu adalah kata progres yang berarti kemajuan. Dan secara harfiah progresivisme dapat diartikan sebagai aliran yang menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat.

Kata progresivisme itu juga merupakan aliran filsafat yang lahir di Amerika serikat sekitar abad ke 20. John S. Brubacher, mengatakan bahwa filsafat progresivisme bermuara pada aliran pragmatisme yang menitik beratkan pada segi "manfaat bagi hidup praktis".

Filsafat progresivisme menuntut kepada penganut untuk selalu progress (maju) bertindak secara konstruktif, inovatif, dan reformatif,aktif dan dinamis. Sebab sudah menjadi naluri manusia, yang selalu menginginkan perubahan-perubahan.

Nah, setelah kita memahami filsafat pendidikan progresivisme, selanjutnya saya akan membahas tentang para tokoh yang ada di dalam filsafat pendidikan progresivisme tersebut.

1. William James (1842-1910)

Dia adalah seorang psycologis dan juga dia adalah seorang filosof Amerika yang terkenal. Dia menegaskan bahwa fungsi otak dan pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam.

2. John dewey (1859-1952)

Ia adalah seorang profesor di universitas Chicago dan Columbia (Amerika), teori dewey tentang sekolah adalah " progresivisme" yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya dari pada mata pelajaran nya sendiri.

3. Hans vaihinger (1852-1933)

Menurutnya persesuaian dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan, satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam bahasa Yunani pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian didunia.

Cukup sekian dari saya, semoga bermanfaat:)

Wassalamu'alaikum wr wb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun