CINTA BEDA AGAMA DALAM DRAMA GRAFITO KARYA AKHUDIAT
Akhudiat merupakan seorang penulis di Indonesia, terutama dalam menulis naskah drama atau naskah lakon/skenario. Â Finthar Arrya Wirangga (2020) mengutip dari Suryaman (2010: 10) menyatakan drama adalah karya sastra yang berupa dialog-dialog dan memungkinkan untuk dipertunjukkan sebagai tontonan. Drama termasuk seni sastra.
Judul yang akan dianalisis adalah Grafito karya Akhudiat. Grafito merupakan sebuah naskah drama yang muncul pada tahun 1972 yang ditulis dalam satu babak dengan dua puluh adegan. Grafito menceritakan tentang suka duka kisah cinta antara Limbo dan Ayesha. Tema utamanya adalah "perkawinan beda agama," yang tersirat dalam dialog-dialog yang dilontarkan para tokohnya. Tokoh dalam drama tersebut ada Limbo, Ayesha, Kyai, Pastur, Dewi Ratih, Pawang, dan Kamajaya. Tokoh utamanya adalah Limbo dan Ayesha. Limbo merupakan seorang pemuda katholik dan Ayesha merupakan seorang gadis muslim. Alur cerita ini termasuk alur lurus dan kronologis.
Peristiwa cerita ini dimulai dari pertemuan Limbo dan Ayesha.
Limbo mendekati bentuk yang di matanya sebagai Ayesha. Bentuk itu memang perempuan. Limbo pasti, itu Ayesha.
Tiba-tiba bentuk itu mengangkat tangannya berjumlah puluhan sekaligus.
LIMBO : Ayeshaku
AYESHA : Limboku
LIMBO : Segala yang hitam persis asalku
AYESHA : Segala yang persis perut ibuku
LIMBO : Aku ngendon dalam rahim
AYESHA : Aku kerasan sebagai janin.
LIMBO : Kurindukan darah dan susu tanpa pisah
AYESHA : Kuhirup cinta dan benci tanpa katup
LIMBO : Aku sel yang cair
AYESHA : Barangkali tak sengaja berbuah
LIMBO : Aku ruh dekat kursi TUHAN
AYESHA : Dan kudengar malaikat berbisik iri kepadaku
LIMBO : Aku turun di lembah subur
AYESHA : Meluncur bagai bunga-bunga angin.
LIMBO : Ditiup ke dalam Rahim
AYESHA : Ngendon sebagai janin
LIMBO : Hitam adalah surga
AYESHA : Gelap hampir sempurna.
Dari kutipan dialog di atas menerangkan bahwa Limbo dan Ayesha adalah sepasang kekasih yang ingin menyatukan hubungan mereka ke jenjang perkawinan. Niat mereka tulus dan baik, tetapi perbedaan prinsip membuat semua rencana tersebut kacau. Perbedaan pendapat tentang perkawinan antara Limbo dan Ayesha dengan Kyai dan Pastur tidak menemukan jalan keluar. Satu sama lain bersikukuh dengan pendapatnya masing-masing. Munculnya tokoh Kamajaya, Ratih, dan Pawang telah membuktikan bahwa Grafito diilhami oleh religi jawa yang merupakan kepercayaan terhadap kekuatan supranatural atas dewi-dewi yang dikenal dalam budaya jawa. Dalam naskah drama terdapat majas personifikasi, penegasan,pleonasme, repetisi, dan sarkasme yang dibumbui dengan humor satire. Dalam drama ini terdapat majas personifikasi yang contohnya "Kucing berlari melintasi halaman dengan riang." yang kedua ada majas penegasan contoh kalimatnya "Saya sangat-sangat senang melihatmu." yang ketiga ada majas pleonasme "Paman datang-datang membawa oleh-oleh." yang keempat ada majas repetisi yang contoh kalimatnya "Dia terus-terus menulis surat cinta yang indah untuk kekasih hatinya sebagai tanda cintanya yang dalam." dan yang terakhir ada majas sarkasme yang contoh kalimatnya "Tolong, berikan saya air minum. Aku pasti sangat-sangat tidak haus."
Konflik cerita terjadi ketika keinginan mereka tidak menemui jalan keluar akibat perbedaan pendapat tentang perkawinan antara Limbo dan Ayesha dengan Kyai dan Pastur. Berlatar belakang dari cerita ini yaitu pernikahan beda agama. Ada beberapa kutipan yang menampilkan perseteruan antara Kyai, Limbo, dan Ayesha.
KYAI : Baiklah...
(KEPADA LIMBO) Limbo calon pengantin laki-laki silahkan membaca sahadat sebagai pernyataan engkau seorang muslim.
LIMBO : (TEGANG, BINGUNG)
AYESHA : (MENYELA) Calon suami saya Katolik, Kyai.
KYAI : (TERBELALAK) Ya Robbi, kamu sendiri Ayesha?
AYESHA : Muslimat Kyai, saya murid ngaji nyai Siti.
KYAI : Ini tidak bisa jadi, Ayesha. Kau kan sudah paham, seorang muslimat dilarang menikah dan dinikahi laki-laki kafir.
Untuk penyelesaian konflik terdapat peran sang tokoh yang akan membantu  menikahkan Limbo dan Ayesha yaitu  dengan kehadiran Pawang, Ratih, dan Kamajaya. Dewi Ratih dan Kamajaya merupakan  tokoh yang dikenal sebagai  simbol cinta kasih dalam masyarakat Jawa tradisional.