Aya lantas berpindah tempat dan menggelayut manja pada mama Risa yang sedang duduk di sofa.
"Oma sedang merajut apa ?" tanya Aya.
"Oma sedang membuat taplak meja," jawab mama sambil tersenyum dan menunjukkan rajutannya kepada Aya.
Mata Aya berbinar dan ia berseru, "Wah warnanya cantik..."
Mama Risa tersenyum dan menatap Aya penuh rasa sayang. Sejak pertama kali bertemu, Aya telah memikat hatinya, apalagi setelah Risa bercerita bahwa Aya tidak memiliki ibu sejak 4 tahun yang lalu. Aya sendiri bagaikan menemukan sosok seorang nenek pada diri mama Risa sehingga mereka menjadi cepat akrab dan dekat.
Setelah memasukkan ke oven dan menunggu kue nastar mereka matang, Aya menemani Risa melukis dengan bergelayutan di pohon mangga di halaman depan rumah.
"Hati-hati Aya, jangan memanjat tinggi-tinggi," ucap Risa sambil mendongak ke atas pohon mangga menatap Aya dengan cemas.
"Tenang Bu Risa , Aya kan sudah biasa memanjat pohon," jawab Aya sambil tertawa. Dengan riang, Aya mulai bersenandung menyanyikan lagu-lagu K-Pop yang sedang hits.
Karena membelakangi pintu pagar, mereka berdua tidak melihat Tio membuka pintu pagar. Sebelumnya Tio sudah beberapa kali mengucapkan salam, namun tampaknya Aya dan Risa tidak mendengarnya.
Awalnya Tio ingin mengucapkan salam saat sudah berada di belakang Risa. Namun niat itu tertunda saat Tio melihat Risa yang sedang serius melukis. Tio terdiam menatap lukisan Risa. Lukisan itu menggambarkan keriangan seorang anak perempuan yang sedang memanjat pohon mangga. Lukisan itu terlihat hidup dan nyata. Anak perempuan itu adalah Aya.
Sesaat hati Tio terasa hangat. Selama ini ia tak pernah memperhatikan bahwa senyum Aya begitu polos dan tulus. Ia menyadarinya justru setelah melihat lukisan itu dan ia merasa tak bisa melepaskan pandangannya dari senyum itu.