Mohon tunggu...
Intan Kartika Sari
Intan Kartika Sari Mohon Tunggu... Lainnya - Perencana Keuangan

Berbagi cerita dan berbagi ilmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisahku Hari Ini

19 Desember 2020   15:27 Diperbarui: 19 Desember 2020   15:31 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semerbak aroma harum semangkok sup iga bakar yang baru saja diletakkan di atas meja sungguh menggoda. Kepiawaian memasak Pak Tono, chef restoran ini, memang tidak pernah diragukan. Apalagi sup iga bakar merupakan salah satu menu andalan dan favorit restoran ini. Aku tak sabar mendengar pendapatnya saat menikmati sup lezat itu.

10 menit berselang, sup iga bakar tersebut belum juga disantap. Padahal sup itu akan lebih lezat bila dinikmati saat masih panas. Kulihat semua hidangan juga sudah disajikan. Selain sup iga bakar, nasi goreng special sudah terhidang di atas meja. Hanya minuman yang tampaknya sudah sedikit berkurang, es teh leci dan hot chocolate.

Wanita muda itu tampak lelah. Tampak lingkaran hitam di bawah matanya. Melihat tas Kate Spade yang berada di kursi sebelahnya dan iphone 12 di tangannya, mestinya tidak mungkin ia mengalami kekurangan gizi. Sepertinya ia kurang tidur selama beberapa hari.

Di depannya duduk seorang pria muda yang juga tampak gelisah. Berulang kali ia memainkan sendok untuk mengaduk-aduk es teh lecinya. Wajahnya juga tampak lelah. Terlihat bulu-bulu tak beraturan di wajahnya yang tampan sebagai tanda sudah beberapa hari tidak dicukur.

Keduanya dari tadi diam membisu. Mereka memang tidak datang bersamaan. Wanita muda itu hadir sekitar 10 menit lebih dulu. Saat pria itu datang, mereka juga tidak bertegur sapa karena wanita muda itu justru menundukkan wajahnya.

"Sup iganya dimakan Din. Nanti tidak enak kalau sudah dingin," kata pria itu memecah kesunyian. Ia juga mulai menyuap sesendok nasi goreng ke mulutnya.

Wanita muda itu nampak enggan namun akhirnya ia mengambil sepotong iga bakar untuk diletakkan di piring nasi putih di depannya.

"Iga bakarnya enak?" tanya pria itu.

Wanita itu mengangguk dan menjawab, "Enak, seperti biasanya."

Untuk pertama kalinya dalam hampir setengah jam pertemuan mereka, pria itu tersenyum. Wajah tampannya makin terlihat tampan. Ia lantas berkata, "Tahu gitu aku tadi pesan itu juga ya"

Melihat pemuda itu tersenyum, wanita muda itu kemudian turut tersenyum. Ia tampak sangat cantik saat tersenyum. Disodorkannya piring nasi putihnya ke pria itu.

"Nih kita tukeran. Seperti biasa, kau suka galau kalau pesan makanan," kata wanita muda itu.

"Iya...dan ujung-ujungnya aku minta makananmu karena makananmu tampak lebih enak dibandingkan pilihanku." kata pria itu sambil tersenyum lebar .

Disendoknya nasi putih dan iga bakar namun digesernya kembali piring itu ke depan wanita muda itu.

"Aku minta sesuap saja deh, ini kan makanan favoritmu." katanya lembut.

Digesernya juga es teh leci ke depan wanita muda itu.

"Kamu biasanya suka es teh leci. Tumben hari ini pesan hot chocolate."

Kali ini wanita muda itu tertawa dan diseruputnya es teh leci itu.

 "Seharian ini hujan dan mendung jadi aku ingin minum yang hangat-hangat. Tapi memang es teh leci di sini rasanya juara."

Pria itu ikut tertawa mendengar komentar wanita muda itu.

"Bagaimana penyelesaian deadline project ? Kau bisa tetap cuti akhir tahun ini ?" tanya pria itu.

Wanita itu mendesah dan mulai bercerita. Keheningan yang tadi terasa dingin mencair dan suasana mulai terasa hangat. Mereka asyik berbincang dan bercerita. Ternyata nama mereka adalah Adi dan Andin. Tak terasa mereka berbincang selama hampir 1 jam lamanya. Mereka tersenyum dan tertawa. Sesekali tangan Adi menggenggam tangan Andin.

Sesaat setelah mereka menyantap makanan penutup, chocolate mousse dan apple pie, mereka kembali terdiam.

Dengan nada berat, Adi akhirnya bertanya, "Bagaimana dengan kita Din ?"

Andin menunduk lama sebelum akhirnya mengangkat kepalanya dan menatap Adi.

"Kita berdua sudah tahu jawabannya sejak lama Di. Selama ini kita hanya menunda menghadapi kenyataan."

Wajah Adi berubah kelabu. Tangannya menyisir rambutnya berulang kali.

"Tapi aku tak bisa membayangkan hidupku tanpamu Din. Delapan tahun sudah kita bersama." ucap Adi lirih.

Andin mencoba tersenyum namun kesedihan tampak jelas berbayang di matanya.

"Adi, kau pun tahu bahwa ini juga tak mudah bagiku. Sudah dua malam ini aku tak bisa tidur karena memikirkanmu dan hubungan kita. Aku juga tak pernah ingin hubungan ini berakhir," tutur Andin pelan.

"Selama ini kita selalu mencoba menunda Di, padahal kita tahu bahwa kita sama-sama meyakini agama kita. Kita juga hanya akan menyakiti Bapak Ibu atau Mama Papa kalau salah satu dari kita berpindah agama," tambahnya dengan nada sendu. Getar tangis mulai muncul di suara Andin.

"Apakah kita bisa tetap berteman, Din ?" tanya Adi sambil menggenggam tangan Andin.

"Kau adalah sahabatku sejak SMA Di, kau bahkan sudah sangat dekat dengan keluargaku.  Kau akan selalu jadi sahabatku sampai kapanpun," jawab Andin dengan nada getir.

Adi menghela napas. Tangannya makin erat menggenggam tangan Andin.

Keduanya lama terdiam. Kesedihan makin jelas tampak di wajah keduanya. Restoran makin penuh dengan pengunjung. Akhirnya Andin memanggil staf restoran untuk meminta tagihan makanan.

Selesai membayar tagihan, Adi bertanya, "Natal tahun ini jadi dirayakan di Bali ?"

"Iya, Andrew dan keluarganya akan datang dari Singapura dan minggu depan Chris juga akan pulang dari London" jawab Andin.

"Sampaikan salam hormatku ke Mama Papa, dan seperti biasa pukulan ke bahu Andrew dan Chris. Tahun ini tampaknya aku tidak bisa datang bergabung ke acara Natal keluargamu. Mungkin setelah kau pulang dari Bali, aku akan datang ke rumah untuk silahturahmi," kata Adi sambil bangkit dari kursi.

Ia mengulurkan tangannya ke Andin. Andin menatap tangan itu ragu. Akhirnya Andin berdiri dan mulai berjalan di samping Adi. Tangan kirinya menggenggam erat tasnya dan tangan kanannya memegang iphone.

Sesaat kemudian datang staf restoran untuk merapikan meja dengan cekatan. Tak lama kemudian, pengunjung lain duduk di kursi. Kali ini datang dua orang wanita paruh baya berpenampilan rapi dan menarik.

Sambil tersenyum, salah seorang dari mereka mengelusku dan berkata,

"Cantiknya vas kristal ini. Tampak makin mewah dengan rangkaian bunga mawar merah muda. Pasti terasa sangat romantis bagi pasangan muda yang barusan duduk di sini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun