Demi memperpanjang masa berlaku passportku, pada suatu hari yang mendung gulita (sebenarnya ga memenuhi syarat untuk ditambahkan kata "gulita" karena ga gelap-gelap banget, tapi ya udah lah, anggap aja kosakata baru), daku pergi ke kantor imigrasi untuk memenuhi panggilan pemotretan (halah bahasanyaaaaa).. Sebenarnya hari itu aku emang lagi rada-rada gedek sama imigrasi, secara prosedur, persyaratan, sama biaya memperpanjang passport persis sama kayak bikin passport baru. Padahal kan mestinya ga gitu ya? Anyway, aku menghabiskan hampir setengah harian itu untuk ngobrol masalah prosedur ini sama temen-temenku, ngobrolnya mencakup adegan saran, kritik dan sedikit ngomel-ngomel.
Singkat kata singkat cerita, aku nebeng mobil kantor yang kebetulan pergi kearah yang sama, dan diturunkan di kantor imigrasi.Sesampainya disana, aku ngantri tunggu giliran buat dipoto. Pas ngantri itu aku ketemu sama salah satu dosenku yang juga nunggu giliran buat dipoto. Akhirnya nomorku dipanggil. Dalam proses verifikasi data sebelum foto, aku denger ada yang manggil namaku. Ternyata itu temen SD ku, udah hampir 20 taon ga ketemu dan dia sekarang bekerja di kantor imigrasi. Jadi di ruangan itu ada tiga petugas, tukang poto yang sebut saja namanya Bang B, Kak A dan Temen SDku yang bertindak sebagai pewawancara.
Kak A : Silahkan Intan duduk dikursi di depan saia
Intan: Baeklah.. (dengan senyuman khas banci poto)
Kak A : Kita mulai ya.
Intan : *Pasang muka senyum andalan selebar tampah
Kak A : Ya, 1..2..3... *trus menggeleng-geleng
Intan : Kenapa kak?
Kak A : Kita ulang ya..1.. 2...3.. *geleng-geleng lagi
Intan : Kenapa kak?
Kak A : Kita ulang aja ya.. coba duduknya agak kedepan lagi. Ya. 1.. 2..3 *geleng-geleng lagi.