Putih
Hitam dan warna-warna gelap lainnya
Warna-warna terang, khususnya kuning
(Adaptasi dari Tim Pengembang Software Pembelajaran, 2006)
Lebih jauh Heinich, et.al. menambahkan bahwa respon terhadap warna hangat dan dingin itu berkaitan dengan usia. Warna-warna hangat (khususnya merah, pink, kuning, dan orange) cenderung disukai anak-anak. Anak-anak juga menyukai warna-warna cerah dan kombinasi warna-warna menyala daripada orang dewasa. Seiring dengan bertambahnya kedewasaan ada perubahan dengan warna yang disukai. Semakin dewasa cenderung memilih warna yang lebih dingin dan kombinasi tipis. Ada juga alasan karena kebiasaan dalam respon warna.
Anne Dameria menambahkan bahwa setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam melihat warna, hal ini karena dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: usia, jenis kelamin, kondisi fisik mata, psikologi, dan lain-lain sehingga monitor yang telah dikalibrasi sekalipun mungkin masih bisa dikatakan kurang pas, tergantung dari persepsi dari yang punya monitor.[20]
2.Unsur warna pada elemen-elemen multimedia PAI
Setelah membuat bentuk umum dari tayangan, langkah selanjutnya adalah menata elemen-elemen pada pola tersebut. Pengguna akan beranggapan bahwa elemen-elemen yang berdekatan satu sama lain mempunyai keterkaitan sedangkan elemen-elemen yang berjauhan tidak ada kaitannya satu sama lain. Untuk alasan ini bisa digunakan skala kedekatan dengan mendekatkan elemen-elemen yang berhubungan berdekatan dan memisahkan elemen-elemen yang tidak berhubungan. Jika tayangan memuat label verbal untuk elemen gambar, hubungkan kata-kata dan gambar yang berkaitan secara jelas.
Pengguna melihat sebuah tayangan, dengan perhatian mereka berpindah dari satu bagian ke bagian yang lain. Pola dasar elemen-elemen yang ada dalam tayangan akan menjadi penentu utama pola pergerakan mata. Tetapi jika pengguna menginginkan membaca tayangan dalam rangkaian tertentu atau berfokus pada beberapa elemen tertentu, berbagai media yang lain arah bisa digunakan untuk mengarahkan perhatian penonton. Untuk materi verbal, kata-kata kunci bisa ditekankan dengan cetak tebal, dan bullet (penanda) biasanya digunakan untuk menunjukkan elemen-elemen dalam daftar.
Elemen-elemen berwarna, baik kata maupun gambar dalam tayangan monokrom juga akan menarik perhatian mata. Misalnya gambar panah berwarna merah tampak jelas dengan latar warna dingin. Teks berwarna di halaman monokrom digunakan sebagai cara untuk menarik perhatian pada topik utama dan fitur-fitur khusus. Selain itu, satu warna yang diulang-ulang di beberapa bagian tayangan cenderung menunjukkan hubungan antar bagian tersebut. Misalnya, jika hanya dua simbol yang ditunjukkan dengan warna merah cherry, maka simbol tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain, dan pandangan penonton akan bolak-bolik menatap kedua simbol tersebut. Semakin menyala sebuah warna (misalnya merah atau biru, di sisi berlawanan dalam spektrum), maka warna tersebut cenderung akan menarik perhatian.
E.Kesimpulan
Warna memiliki peranan yang cukup signifikan dalam pengembangan multimedia pembelajaran PAI. Unsur warna harus mendapat perhatian yang cukup sebagaimana unsur-unsur multimedia lainnya. Hal itu karena warna memiliki makna yang dalam secara psikologis maupun estetis.
Pemilihan warna yang baik secara keseluruhan akan mendukung keberhasilan sebuah program multimedia. Pemilihan warna yang baik dalam multimedia akan mengundang respon yang positif bagi pemakainya, sekaligus mengundang decak kekaguman akan keindahannya. Sebaliknya pemilihan yang kurang baik akan mengurangi keberhasilan sebuah program multimedia, baik dari sisi respon pemakainya maupun keindahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Kusrianto, Pengantar desain komunikasi visual, (Yogyakart: Andi Offset, 2007)
AnneDameria, Color management, (Jakarta: Link & Match Graphics, 2004)
Ariesto Hadi Sutopo, Multimedia interaktif dengan flash. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003)
Eko Nugroho, Pengenalan teori warna, (Yogyakarta: Andi, 2008)
Gatot Pramono, Aplikasi component display theory dalam multimedia dan web pembelajaran, (Jakarta: Pustekkom-Depdiknas, 2007)
Heinich, R., et.al. Instructional media and technology for learning. Englewood Cliffts (4th ed.), (New Jersey: Prentice-Hall, Inc., A Simon & Schuster Company,1996)
http://www.tipsdesain.com/teoriwarna.html
Lee, W.W., & Owens, D.L., Multimedia-based instructional design: computer-based trainning, web-based training, distance broadcast training, performance-based solutions (2nd ed.), (San Francisco: Pfeiffer, 2004)
M. Suyanto, Multimedia. alat untuk meningkatkan keunggulan bersaing, (Yogyakarta: Andi, 2003)
Pujiriyanto, Desain grafis komputer; teori grafis komputer, (Yogyakarta: Andi Offset, 2005)
Tay Vaughan, Multimedia; making it work, terj.: Theresia Arie Prabawati & Agnes Heni Triyuliana, (Yogyakarta: Andi, 2006)
Tim Pengembang Software Pembelajaran, Media pembelajaran berbasis Macromedia Authorware 6, (Yogyakarta: Ardana Media, 2006)
Biodata Penulis
Sigit Purnama, S.Pd.I., M.Pd. dilahirkan di Gunungkidul, 31 Januari 1980. Pendidikan S1 pada jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) IAIN Sunan Kalijaga (2003) dan pendidikan S2 pada Program Studi Teknologi Pembelajaran (TP) Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta (2006). Saat ini sebagai dosen muda Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. HP: 081328300924, E-mail: sigit_80@yahoo.com. []
[1] Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual, (Yogyakart: Andi Offset, 2007), hal. 46
[2] Eko Nugroho, Pengenalan teori warna, (Yogyakarta: Andi, 2008), hal. 1
[3] Pujiriyanto, Desain Grafis Komputer; Teori Grafis Komputer, (Yogyakarta: Andi Offset, 2005), hal. 44-45
[4] Pujiriyanto, Desain Grafis Komputer; Teori Grafis Komputer, (Yogyakarta: Andi Offset, 2005), hal. 46
[5] ibid, hal. 46
[6] http://www.tipsdesain.com/teoriwarna.html. diakses pada tanggal 23 Oktober 2009
[7] Ibid.