Bulan Valentine, bulan Februari tahun ini sebagai bulan "Kasih Sayang" meski di tengah masa pandemi, saya wujudkan dengan kado spesial yaitu dengan tetap rutin melakukan donor darah sukarela setiap 3 bulan dan mendaftarkan diri menjadi pendonor kornea mata.
"BOLA MATA DIAMBIL BULAT-BULAT?"
Tanggal 14 Februari 2021 itu jatuh hari Minggu, yeah seharusnya hari itu saya beromantis-ria dengan kekasih hati, yang datang ke rumah membawa buket bunga mawar pink, coklat berbentuk hati dan boneka beruang membawa hati bertuliskan "Love". Ah hiks, apa daya hanya bisa berimajinasi.
Setelah sekian lama mencari informasi tentang donor mata, akhirnya saya meneguhkan diri, "Yak, aku dan anakku mau daftar donor mata sekarang". Saya telepon nomor kontak di situs Bank Mata Indonesia dan akhirnya tersambung dengan ibu Lisa, yang lantas memberikan formulir pernyataan pendonor mata.
Formulir pernyataan tentang data lengkap pendonor darah, sekaligus surat pernyataan ahli waris tidak berkeberatan bila saat meninggal dunia kornea mata pendonor diambil.
Dengan haru, saya lengkapi formulir data untuk putra saya, lantas menandatanganinya sambil bergumam: "Engkau akan selalu hidup, Matt".
Nah saat tiba giliranku meminta tandatangan ibuku sebagai ahli waris dalam surat pernyataan, beliau terbelalak dan berkata: "Kamu ada-ada saja. Ah sudahlah, terserah deh". Sambil menghela nafas panjang, ibuku menandatangani surat pernyataan tersebut. Saya terharu.
Beberapa temanku yang ku ajak mendonorkan kornea mata menolak halus, dengan menyatakan belum ada ijin keluarga dan ada yang bertanya: "Bola matamu bakal dicongkel bulat-bulat pas meninggal dunia?. Hiii seramnya". Waduh kubayangkan jenazahku yang tanpa bola mata, tentu bakal membuat miris sekaligus rasa takut.
Namun ku jelaskan bahwa, sesuai informasi dari Bank Mata, saat kita meninggal dunia hanya jaringan kornea mata yang diambil. Bola mata tetap utuh. Tindakan pengambilan jaringan kornea mata ini diambil paling lama 6 jam setelah kita berpulang menghadap ke hadirat sang Khalik Maha Kekasih, sementara pencangkokan jaringan ke penerima kornea paling lambat 2 jam setelah pengambilan jaringan kornea mata pendonor. Â Informasi secepatnya kepada Bank Mata perihal kematian kita adalah utama, karena dokter dari Bank Mata akan segera hadir mengambil jaringan kornea mata kita.
"Meski jasad kita telah membusuk di tanah atau menjadi debu (bila dikremasi), namun kita "tetap hidup, melalui orang lain yang menerima organ tubuh kita".
STOK DARAH DI PMI NYARIS KOSONG
Sejak akhir Januari 2021 saya mencari-cari link informasi tentang donor darah massal di dekat rumah melalui internet dan hasilnya nihil.
Teman saya ada yang bertanya: "Wah gak takut keluar rumah hanya untuk mendonorkan darah?". Saya memahami bahwa di masa pandemi, keluar rumah "hanya untuk yang penting-penting banget aja" dan semua orang harus menjaga imunitas dirinya untuk bertahan hidup di tengah gempuran virus Covid yang entah sampai kapan bermutasi terus-menerus.
Ada yang berkata, bisa bertahan hidup saja tanpa merepotkan orang lain sudah bagus. Pernyataan ini tidak saya persalahkan, namun di tengah pandemi dan situasi sulit ini akan lebih baik dilalui dengan saling membantu, apa pun yang sekiranya dibutuhkan sesama, para saudara kita yang sama-sama kena imbas pandemi ini.
19 Februari 2021 saya bergegas ke PMI DKI di Kramat Raya. Saya berangkat menggunakan MRT dan terkagum takjub dengan kecanggihan fasilitas MRT dan keramahan para pegawainya. Betapa bangganya Jakarta dapat memiliki MRT dan suasana stasiunnya mengingatkan saya pada Jepang. Bersih - rapi - tertib.
Setiba di PMI, saya lihat banyak kerumunan orang yang ternyata para keluarga atau kerabat mereka yang membutuhkan darah segera. Raut wajah mereka nampak panik dan cemas. Saya dapat memahami saat-saat kritis kebutuhan darah yang sesegera mungkin, yang akan menyelamatkan nyawa mereka yang membutuhkan darah, entah para korban kecelakaan, ibu yang harus mendadak operasi caesar, penderita kanker stadium lanjut dan penderita thalassemia.
Stok darah nyaris kosong di PMI, sementara menurut WHO stok darah nasional idealnya 2 persen dari jumlah penduduk satu negara. Saat masa normal saja stok darah nasional Indonesia tidak pernah mencukupi standar ideal yakni 2 persen dari jumlah penduduk, tentu bisa dipahami bagaimana kondisinya saat masa pandemi.
Donor darah dapat menyelamatkan 3 nyawa sesama. "We cannot give life, but we can safe life".
OooovipooO
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H