Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Toleransi Melalui Dialog Lintas Iman

19 April 2023   18:25 Diperbarui: 19 April 2023   18:31 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
yang hadir melalui zoom-tangyar dari Edward Horas

Sejak kecil mereka mungkin telah diberi kesempatan untuk memilih mau sekolah di sekolah berbasis agama A atau B. 

Mereka juga mungkin tahu beberapa ritual, doa, kebiasaan atau perayaan agama dari masing-masing orangtuanya, lalu dibebaskan untuk memilih agama yang hendak dianutnya. Dan mereka memilihnya secara sadar, sesuai ketetapan hati nurani atau pengalaman spiritual yang mereka rasakan.

Saya yang dari lahir sudah menjadi muslim, bisa jadi Islam saya hanya warisan sehingga kurang mampu menghayati makna agama Islam itu sendiri. 

Akhirnya, saya salat ya sekadar salat, puasa sekadar puasa, sedekah sekadar sedekah, membaca Al-Quran sekadar membaca teksnya, tanpa mengetahui makna dari semua ibadah yang saya kerjakan. Secara kasar, bolehlah kita sebut "sekadar menggugurkan kewajiban" atau "sekadar formalitas".

Dari kegiatan tersebut saya jadi paham bahwa kesulitan yang dihadapi umat agama minoritas itu nyata. 

Salah satunya ketika mereka harus menghadapi pertanyaan sensitif mengenai agamanya. Misalnya, umat Katolik yang sering ditanya apakah Tuhan mereka ada tiga (merujuk pada konsep Trinitas), apakah mereka menyembah patung Yesus dan Bunda Maria dan sebagainya.

Saya bisa bayangkan bagaimana bingungnya mereka saat ditanyai seperti itu. 

Masih untung kalau mereka bisa menjawab dan orang yang bertanya memang ingin tahu. Bayangkan kalau pertanyaan tersebut ditujukan dengan maksud mengajak debat atau bersifat ofensif---untuk mengolok-olok keyakinan mereka.  

Padahal Allah melalui firman-Nya dalam Surat Al-An'am ayat 108 melarang kita untuk mengolok-olok agama lain. Bukankah ini juga bagian dari toleransi?

Wasana Kata

Cara terbaik untuk belajar arti toleransi adalah melalui interaksi dengan orang-orang yang berbeda identitas dengan kita, baik itu berbeda agama, suku, gender, ras dan sebagainya.

Dari kegiatan dialog lintas iman saya jadi tahu kalau di agama lain juga ada puasa meski dengan syariat yang berbeda. Namun, satu kesamaan dari ibadah puasa dalam Islam dengan agama lain adalah tentang pengendalian hawa nafsu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun