Aku menang, aku berani mencari keadilan bagiku sendiri.
Walaupun sebenarnya aku sangat malu, dan berusaha untuk menyakiti orang lain. Aku tidak suka memercikan api,
Tapi apa daya? Tenagaku habis terjebak dalam jurang jahanam yang mengikis dan membunuh jiwa dan  nuraniku ini.
Aku menjadi aktor utama yang penuh kontroversi dan menimbulkan polemik.
Membuat aku tertampar, bahwa ketidakadilan memang masih berserakan dimana-mana.
Bayangkan saja, perbuatan jahat hanya dilakukan oleh satu orang tapi menimbulkan banyak korban? Dan tanpa disadari mereka berbuat jahat.
Semua perbuatan itu dinormalisasikan.
Memang benar, memanusiakan manusia adalah perihal praktik yang sangat sulit dilakukan bukan? Ini juga menjadi PR besar bagi diriku sampai detik ini dan di masa mendatang.
Aku jadi ingat kata-kata dari Putu Wijaya yang aku jadikan motivasi dan aku tuliskan di lembar skripsiku.
"Aku tidak siap untuk menyerah, karena aku merasa masih perlu menunjukkan. Kalau diberi kesempatan lebih lama, mungkin aku sanggup bekerja lebih baik, termasuk memperbaiki kekeliruan-kekeliruanku yang lalu."
 Kata-kata itu penuh penyesalan, tetapi aku tidak menyesal bertemu banyak orang yang pada akhirnya banyak membuat ku terluka. Karena aku berpikir Tuhan menghadirkan orang itu hadir dihidupku sesuai kapasitas waktu, tugas, dan fungsinya saja.