Teman-teman meditator seringkali menyarankanku untuk selalu Mindfulness. Meyadari hidup kita di saat ini. Awalnya saya tidak paham dengan makna ini. Bukankah tanpa disuruh, kita sudah hidup di saat ini?
Ternyata, mereka benar. Saya tidak pernah hidup di saat ini. Pikiran saya rajin mengembara kesana kemari melintas dimensi. Padahal seharusnya semua upaya berfokus kepada apa yang sedang kita hadapi.
Upekkha
Dalam Buddhisme, ada sebuah istilah yang disebut dengan Upekkha alias Keseimbangan batin. Pada dasarnya pikiran manusia terbentuk dari pengalaman batin. Berbagai hal yang sudah dijalani akan menjadi standar terhadap sesuatu yang layak.
Sayangnya, standar ini bersifat ganda. Itu karena setiap pegalaman batin manusia tidak pernah ada yang sama. Padahal jika ditilik lebih dalam, setiap kejadian yang kita alami pada dasarnya sama. Ia hanyalah sebuah fenomena yang timbul tenggelam dan berulang-ulang.
Upekkha mengajak diri untuk tidak berasumsi, tidak berpersepsi, tidak menilai. Melihat semua kondisi sebagaimana kondisi. Kemacetan di jalan tidak perlu dianggap kemalangan. Cukup berhenti sejenak dan menikmati jalanan.
Wasana Kata
Dengan demikian, tidak melakukan apa-apa bukan berarti menjadi orang yang apati. Heninglah sejenak, nikmati kehidupaan pada momen ini. Sadarilah bahwa segala sesuatu sudah memiliki porsinya sendiri.
Berjalanlah dengan penuh kehati-hatian sesuai dengan arah yang tepat. Tidak mudah terdistrasksi dengan asumsi yang belum tentu pasti. Nikmati saja hidup, apa yang sedang terjadi. Alam bergerak harmonis, dan seharusnya kita pun demikian.
Langkah terakhir yang kamu bisa lakukan adalah; ambillah secarik kertas buatlah resolusimu dengan menuliskan WU-WEI sebesar-besarnya.
**