Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Pada Suatu Hari Sabtu

23 Oktober 2022   11:45 Diperbarui: 23 Oktober 2022   11:53 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pada suatu hari Sabtu | sumber foto: user18526052 on Freepik

Suara bising mengagetkan Bella sehingga ia terbangun dari tidurnya. Mimpi indahnya terputus. Dalam kondisi setengah sadar, ia mengira perang Rusia dan Ukraina sudah sampai ke kompleks rumahnya.

Sinar matahari menerobos masuk ke dalam kamar lewat celah gorden jendela yang masih tertutup. Sambil mengatur nafas - inhale, exhale - Bella berusaha menenangkan diri. Ternyata, kebisingan berasal dari suara mesin gerinda tetangga yang sedang memotong besi.

Bella meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas. Waktu menunjukkan pukul 10.30 pagi. Ah, tetangga mana yang sedang membetulkan rumah?

Tidak tahukah mereka bahwa hari Sabtu adalah hari istirahat? Tidak tahukah mereka bahwa suara bising yang ditimbulkan telah memutus mimpi indah Bella?

Bella menjawil lelaki yang masih tertidur pulas di sisinya. ‘Kerbau’ ini, batinnya sebal sekaligus iri. Betapa bahagianya bisa tidur bak orang mati, tidak terganggu kebisingan suara gerinda tetangga memotong besi.

Tomo menggeliat malas setelah dijawil istrinya berulang kali. Dengan enggan dia membuka mata.

“Ada apa?” tanyanya dengan wajah cemberut. “Mengganggu tidur orang saja.”

“Itu, tetangga seberang kayaknya. Hari Sabtu pagi kok potong besi pakai gerinda! Gak tahu apa, kalau akhir pekan itu waktunya istirahat?” Bella mengomel panjang pendek.

“Biarin ajalah,” Tomo meraih Bella ke dalam pelukannya. “Ayo tidur lagi.”

Bella meronta, melepaskan diri dari pelukan suaminya. “Mana bisa tidur? Berisik begitu! Kamu protes dong, bilangin kalau mau gerinda besi jangan pas akhir pekan. Hari kerja saja, ketika semua tetangga sedang pergi kerja, biar gak ganggu orang.”

Dengan malas Tomo meraih ponsel di nakas, membuka WAG RT, dan mengetik. “Kok ada suara gerinda potong besi pada hari Sabtu pagi, ya? Mengganggu tidur orang, nih. Kalau mau betulin rumah, lakukan di hari kerja saja, biar gak ganggu istirahat tetangga.”

Ting, ponsel berdenting selang semenit setelah Tomo menekan tombol enter.

Gracia: “Mohon dimaklumi saja, Bro. Para tukang butuh mencari sesuap nasi. Tetangga Anda juga mungkin hanya sempat mengurus rumah di akhir pekan. Pada hari lain, mereka kerja juga, kan?”

“Bro,” Bella menggerutu sebal setelah membaca pesan itu. “Siapa Gracia? Yang mana rumahnya? Kamu kenal?” Ia memberondongkan pertanyaan kepada Tomo.

“Nggak kenal. Gak tau juga yang mana orangnya, di mana rumahnya.” Balas Tomo.

“Gak kenal kok sok akrab begitu?”

Ting, ponsel berdenting lagi.

Luki: “Ini sudah pukul 10.30, sih. Sis Gracia benar. Mari saling bertenggang rasa antar tetangga.”

“Pak dosen sok bijak,” Gerutu Bella setelah membaca komentar Luki. Mereka memang tidak saling mengenal secara dekat.

Tetapi Bella tahu bahwa tetangga yang berjarak tiga rumah di sebelah kanan rumahnya itu berprofesi sebagai dosen. Mereka pernah berjumpa di pesta pernikahan sepupu Bella, salah satu mantan mahasiswa Luki.

***

Sore hari, dari balkon rumah, Tomo melihat sebuah mobil Toyota Vellfire berwarna White Pearl terparkir di pinggir jalan seberang rumahnya. Ia melihat posisi mobil itu kurang ke pinggir sehingga berpotensi menghalangi mobil istrinya untuk masuk ke carport.

Tomo memeriksa jam di ponsel. Pukul 4.30 sore. Satu setengah jam lagi istrinya akan tiba di rumah. Bella bisa mengomel panjang pendek jika mengalami kesulitan memarkir mobil di carport rumahnya sendiri karena terhalang mobil tetangga.

Untuk mencegah huru-hara yang tidak perlu, Tomo memfoto mobil itu dari balkon rumah, lalu mengirim ke WAG RT. Ia membubuhkan pesan, “Ini mobil siapa, ya? Posisi parkirnya menghalangi jalan mobil lain, nih.”

Ting, tidak sampai semenit, tetangga seberang rumahnya menjawab.

“Mobil tetangga sebelah rumahmu, Tom, masa’ gak kenal? Ngomong-ngomong, tadi dia sudah izin parkir di depan rumah saya. Cuma sebentar, kok.”

Tomo sedikit kaget membaca pesan itu. Sungguh, dia tidak tahu jika mobil mewah tersebut milik tetangga sebelah kanan rumahnya.

Tak lama, seseorang keluar dari rumah sebelah dan memindahkan mobil tersebut ke dalam garasi. Sebuah pesan baru muncul di WAG RT.

“Mohon maaf jika mengganggu. Tadi kami sedang merapikan garasi, jadi titip parkir sementara di seberang rumah.”

***

Sore hari menjelang malam. Dari balkon rumah, Bella melihat seorang perempuan berusia sekitar 70-an tahun.

Perempuan tua itu membawa ransel. Awalnya, Bella melihat dia berjalan ke arah kiri dari rumah Bella, lalu belok kanan menuju jalan utama kompleks.

Beberapa menit kemudian, perempuan tua itu kembali melintas di depan rumah Bella. Dia masuk dari arah jalan utama, menuju ke arah kanan rumah Bella.

Bella merasa belum pernah melihat perempuan tua itu. Kok bawa-bawa ransel, ya? Apa isi ransel itu? Hm, mencurigakan!

Sebelum perempuan tua itu berbelok di tikungan sebelah kanan rumahnya, Bella menjepretkan kamera ponselnya.

Segera saja Bella mengirim foto perempuan itu ke WAG RT dengan pesan, “Tadi ada nenek-nenek bawa ransel melintas di depan rumah saya, menuju ke arah jalan utama kompleks. Tidak lama, dia melintas kembali dari arah jalan utama kompleks lalu belok di ujung gang. Agak mencurigakan sih, karena dia bawa-bawa ransel. Hati-hati ya, gaes.”

***

Tomo dan Bella sebetulnya bukan orang baru di kompleks tersebut. Mereka sudah menikah sekitar enam bulan yang lalu.

Tomo sendiri sudah tinggal di kompleks tersebut sejak lahir. Seingatnya, saat dia masih kecil, sering ada kerja bakti yang melibatkan seluruh warga satu RT di akhir pekan.

Saat Tomo masih duduk di bangku kelas tiga SMA, keluarga Luki baru pindah menempati rumah berjarak tiga rumah di sebelah kanan rumahnya. Sebagai pendatang baru, Luki dan istrinya serta anak tunggal mereka yang saat itu masih berusia lima tahun, berkunjung ke rumah-rumah para tetangga.

Tomo ingat, kedua orangtuanya menyambut tetangga baru mereka dengan hangat. Setelah itu, tidak jarang jika istri Luki harus pergi sementara anaknya belum pulang sekolah, dia menitipkan kunci rumah kepada orangtua Tomo.

Dengan berlalunya waktu, beberapa tetangga yang berusia lanjut, meninggal dunia. Demikian juga kedua orangtua Tomo. Anak-anak mereka yang sibuk mendaki tangga karier, pergi pagi pulang malam, sehingga terlalu lelah untuk bersosialisasi. Pengurus RT berganti, kerja bakti di akhir pekan pun tiada lagi.

Banyak tetangga lama sudah pindah rumah. Para tetangga baru tidak merasa perlu memperkenalkan diri. Jadilah sesama tetangga tidak saling mengenal.

Setelah menikah dengan Tomo, Bella pun tidak merasa perlu berkenalan dengan para tetangga secara langsung. Toh, masing-masing sibuk dengan urusan sendiri-sendiri.

Untuk memudahkan pengumuman dari RT, pengurus RT berinisiatif membuat WAG. Tidak perlu lagi pertemuan tatap muka, bukan?

***

Menjelang tidur, Tomo memeriksa WAG RT. Ia terkejut melihat foto yang di-posting istrinya beberapa jam sebelumnya serta komentar para tetangga.

Tante Ika: “Itu tadi saya, Bella, tetangga sebelah kiri rumahmu! Tante Mona yang rumahnya di jalan utama kompleks, meninggal pagi ini. Tadi saya mau ikut doa bersama di rumahnya. Sampai di tengah jalan, saya baru sadar kalau berangkat kepagian. Awalnya, saya mau pulang. Tetapi setelah dipikir-pikir, tanggung juga. Saya putuskan mampir ke rumah Tante Lyn di belakang rumahmu, biar bisa berangkat bareng. Itu sebabnya kamu lihat saya jalan keluar, terus balik lagi lewat di depan rumahmu, dan berbelok ke arah rumah Tante Lyn.”

Luki: “Pak RT, sekadar usul, sepertinya kita perlu buat acara temu muka warga, biar saling kenal … emoticon tertawa terbahak-bahak.”

Tomo merasakan sensasi panas menjalar ke seluruh wajahnya. Ia yakin, wajahnya berwarna seperti kepiting rebus pada saat itu.

Tomo meraih ponsel dan bergegas membuka pintu kamar, “Bella! Kamu tahu, foto siapa yang tadi kamu kirim ke WAG RT?!”

Jakarta, 23 Oktober 2022

Siska Dewi untuk Inspirasiana

Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun