Fanny menatap punggung tegap yang melangkah meninggalkan kamarnya. Bagaimanapun, ia berutang budi kepada dokter muda itu.
Bagaimanapun, ia telah belajar dari Geld untuk menjadi camar yang tegar. Ketika badai menghempasnya, ketika ia merasa sayapnya patah, dokter muda itu muncul untuk mengobati hingga ia merasa mampu terbang kembali.
Kini, haruskah ia merasa jatuh lagi hanya karena sebuah mimpi yang tak sampai? Fanny menggelengkan kepala.Â
Tidak! Aku harus terbang kembali, dan aku percaya, masih banyak orang seperti Geld, seperti dokter muda itu, yang akan hadir dan singgah dalam hidupku ....
Tamat
Siska Dewi untuk Inspirasiana
Cerpen ini telah dimuat di Album Cerpen "Mitra" edisi khusus September 1985
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H