Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terbanglah Camar (V)

30 Oktober 2022   11:45 Diperbarui: 31 Oktober 2022   12:15 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terbanglah camar | Foto: Wirestock/Freepik

Fanny menoleh dengan malas. "Saya tidak mau disuntik, dokter. Biarkan saya mati."

Peter tersenyum sambil mengangkat bahu. "Nona manis, kematian tidak perlu dikejar. Kalau sudah tiba saatnya, malaikat maut akan datang sendiri."

"Kalau saya ingin mati sekarang?"

"Orangtuamu tentu sedih."

"Orangtua? Orangtua yang mana?" Fanny tertawa sinis.

Tawanya semakin menjadi ketika ia melihat perubahan wajah Peter. 

"Bingung? Aku sendiri juga bingung. Sejak usaha papa maju, aku punya mama yang kedua, ketiga, keempat. Dan mama rupanya penganut emansipasi yang membabi buta. Mama ikut wiraswasta, buka butik, buka salon. Sekarang, aku punya papa yang kedua, yang ketiga. Yang terakhir ini umurnya malah sebaya dengan aku."

Susah payah Peter menyembunyikan rasa kagetnya. Ia lahir dalam keluarga yang harmonis, penuh kehangatan kasih, dan selalu rukun.

Ketika usia remaja dan mulai mengenal asmara, ia mempersembahkan kepada gadisnya cinta yang putih, memberinya kasih yang suci. Gadis yang dikasihinya itu membalas dengan cinta kasih yang sama.

Ia hidup di tengah orang-orang yang betul-betul mengasihi dan dikasihinya, dalam lingkungan yang penuh pengertian dan kedamaian. Istilah-istilah broken home, broken heart, hanya dikenalnya dalam cerita.

"Tidak ada yang sedih kalau saya mati, dokter. Dokter tidak perlu lagi berusaha menyembuhkan saya sebab hal itu akan menambah beban orangtua saya. Sebaiknya dokter bunuh saya saja. Jika saya mati, itu artinya berkurang seorang anak terlantar yang harus disumbang orangtua saya setiap bulan. Secara tidak langsung, dokter juga membantu meringankan beban mereka, bukan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun