Kemudian Geld membimbingnya keluar dari jurang frustrasi. Geld memperkenalkan pengharapan sejati kepadanya.
Geld juga mengajaknya membuka mata lebar-lebar untuk memandang sekitarnya sehingga ia menyadari bahwa masih banyak orang yang lebih menderita dibanding dirinya.
Geld menyadarkannya bahwa papa dan mamanya adalah manusia biasa. Manusia, bukan malaikat. Sebagai manusia, mungkin saja mereka berbuat salah.
Geld lalu mengajarkan kepadanya tentang memaafkan. Ya, kehadiran Geld dalam hidupnya laksana percikan bunga api di tengah malam gelap. Bersama Geld, ia membangun kembali istana harapannya yang pernah diobrak-abrik papa dan mama hingga menjadi puing-puing.
Karena Geld, ia menghapus sedikit demi sedikit dendam dan kebenciannya kepada papa dan mama hingga akhirnya tak bersisa. Bergandengan tangan dengan Geld, ia jalani hari-hari indah bermandikan saling pengertian dan kasih.
Geld begitu berarti baginya. Ia sangat takut kehilangan pemuda itu.
***
Bersambung ke: Terbanglah Camar (III)
Siska Dewi untuk Inspirasiana
Cerpen ini telah dimuat di Album Cerpen "Mitra" edisi khusus September 1985
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H