Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nostalgia Cinta di Atas Kereta (I)

10 Oktober 2022   06:00 Diperbarui: 11 Oktober 2022   06:10 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nostalgia cinta di kereta | sumber foto: wirestock/Freepik

Sementara itu, di salah satu rumah sakit di Jakarta. Sedari tadi, Bu Padmi tidak bisa tidur. 

Ia merebah di kasur. Matanya memandang langit-langit kamar. Terbayang wajah anaknya, Diana. Sesekali tubuhnya miring ke kiri, tidak lama berubah miring ke kanan. 

Ia tampak begitu tidak tenang. Dalam hati ia berdoa semoga Tuhan melindungi dan menjaga anaknya, tiba dengan selamat di depannya. Ah, ia begitu rindu memeluk anak gadisnya yang beranjak dewasa.

Terbayang kenangan. Betapa Diana dari kecil menjadi anak yang periang. Selalu ngemong kepada adik-adiknya yang sangat dia sayang. Putri sulungnya yang selalu membantunya dan menjaga adik-adiknya hingga putrinya itu beranjak dewasa.

Bu Padmi merasa berdosa karena membiarkan Diana sibuk membantunya sehingga lupa untuk mencari pendamping hidupnya. Dia rela saat kedua adiknya mendahului menikah. Diana yakin jika sudah waktunya, pasti akan datang jua jodohnya.

Bu Padmi melirik ke arah Laras yang setengah mengantuk.

"Kakakmu belum sampai, Nak?"

Walaupun Ibu Diana dalam kondisi menderita sakit, ia masih saja mengkhawatirkan kondisi anaknya yang dalam perjalanan. Begitulah ikatan batin ibu dan anak, pertalian rasa sangat kuat.

***

Bersambung ke: Nostalgia Cinta di Atas Kereta (II - Tamat)

Cerpen ini merupakan hasil kolaborasi beberapa anggota Komunitas Inspirasiana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun