Setelah menyisir rambut dan merapikan pakaiannya yang agak kusut, Vava melangkah ke luar. “Jo, Ma?”
“Ya,” mama menatapnya lembut. “Bersikaplah wajar kepadanya.”
“Ya, Ma.”
Jo tersenyum agak kikuk ketika Vava berdiri di hadapannya.
“Hai,” suara yang amat tenang itu membuat Jo menelan ludah.
Betapa beda dengan sikapnya ketika melihat Jo di kampusnya. Waktu itu, Jo merasa Vava melihatnya seperti melihat setan.
Apakah perubahan ini karena Ferry? Pemuda itu memang sangat baik dan sangat pantas mendampingi Vava.
“Apa kabar?” pertanyaan Vava menyentakkan lamunannya. Gadis itu sudah duduk di hadapannya.
“Seperti yang kau lihat,” Jo tersenyum hambar.
Gadis ini, keluhnya, betapa asingnya kini! Padahal, seabad yang lalu …
“Lama sekali tidak berjumpa, ya?” Jo berusaha membuka pembicaraan.