Pijar sejuta bintang dalam sepasang mutiara hitam itu… mama, betapa memesona!
Kemudian datang prahara itu. Dimulai dengan kunjungan-kunjungan Jo yang jarang. Lalu keluhan-keluhan Melin bahwa kakaknya itu mulai tak menyayanginya lagi.
Disusul dengan berita burung tentang kambuhnya penyakit Jo, kelana itu mulai mengembara lagi setelah sekian bulan melepaskan lelahnya!
Kenyataan itu menghempaskan Vava. Hatinya lebur bersama kehancuran mimpi-mimpi indah yang dibangunnya.
Jadi, bagi Jo ia tidak lebih dari sekedar tempat melepas lelah! Oh, oh, betapa tololnya ia!
Seiring dengan semakin mendekatnya masa ujian akhir SMA, ia memakai kesempatan itu untuk melepaskan semua murid privatnya. Vina, saudara sepupunya yang juga penyayang anak-anak, tidak keberatan mengambil alih tugas itu.
Vava menenggelamkan diri dalam buku-buku pelajarannya. Ia harus berjuang mati-matian untuk menutup mata dan telinga terhadap berita-berita yang gencar di sekolahnya. Berita-berita yang mencemoohkan kebodohannya.
Jo ternyata tidak pernah sedikit pun mencintainya. Sebelum merebut hatinya, Jo dengan mudah dapat menaklukkan nona-nona cantik di sekolah mereka dengan harta orang tuanya.
Teman-teman dekat Jo menantang, mengatakan bahwa mereka baru akan mengakui kehebatan Jo jika ia dapat menaklukan hati putri salju yang tak pernah memandang sebelah mata pun pada kemilau harta.
Vava menyesali dirinya. Ia telah lengah.
Senyum khas Jo, racun itu, betul-betul telah mematikan perasaan yang dimilikinya. Ia tidak akan dapat memaafkan Jo. Sampai kapan pun!