Kini nurani Vava terusik. Kalau betul cerita Jo, kasihan sekali gadis kecil bernama Melin itu. Hati Vava selalu tergugah melihat anak-anak kecil yang kesepian pada saat mereka memerlukan perhatian.
Anak-anak itu, selalu membuatnya ingin mencurahkan waktu, perhatian dan seluruh kasih sayangnya.
“Kelas berapa adikmu?” tanyanya kemudian.
“Kelas dua,” Jo tersenyum. “Kami memang Cuma berdua, tapi umur kami terpaut jauh. Sepuluh tahun.”
Vava hanya tersenyum kecil menanggapinya.
“Ajaklah Melin ke sini setiap Senin, Rabu, dan Jumat sore. Kebetulan ada tiga anak lain yang juga kelas dua semua, jadi Melin bisa bergabung dengan mereka. Mudah-mudahan ia bisa menyesuaikan diri belajar di tempat seperti ini.”
“Ah, terima kasih, Vava!” Jo tersenyum dengan bibir dan matanya. Dijabatnya tangan Vava dengan hangat lalu minta diri.
Bersambung ke:
Sepotong Kisah Lama (IV - Tamat)