Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Berapa Biaya Membaca Tulisan di Media Daring? Sebuah Tantangan untuk Penulis

22 Juni 2022   10:14 Diperbarui: 22 Juni 2022   10:31 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bearpa biaya membaca tulisan di media daring? (Marteen Heuvel/Unsplash)  

Semua hal yang kita lakukan selalu memiliki dampak atau biaya ekonomi. Hal ini juga berlaku ketika kita menulis artikel di blog pribadi maupun di Kompasiana kita tercinta ini.

Kita bisa mencoba menghitung dampak atau biaya ekonomi tersebut misalnya dari sisi pembaca. Minimum ada dua elemen biaya yang bisa kita tinjau yaitu uang yang kita keluarkan atau dalam bahasa ilmu ekonomi disebut out-of-pocket money dan yang kedua adalah biaya waktu atau time cost.

Elemen biaya pertama: uang yang kita keluarkan (out-of-pocket money)

Pertanyaannya adalah: berapa banyak uang yang kita keluarkan untuk membaca satu artikel di blog atau di Kompasiana? Walau akses untuk membaca artikel di blog-blog atau di Kompasiana pada dasarnya adalah gratis, tapi tetap ada uang yang kita keluarkan untuk mengakses dan membacanya. Biaya yang paling jelas adalah tagihan listrik. 

Nah, untuk dapat menghitung biaya listrik kita untuk membaca artikel di blog-blog atau di Kompasiana maka kita perlu mengetahui daya laptop atau telefon genggam kita, biaya listrik rata-rata per kilo-watt hour (kWh) dan durasi membaca artikel.

Anggaplah bahwa laptop kita memiliki daya rata-rata adalah 40 watt sementara telefon genggam kita saat saat ini memiliki rata-rata daya sebesar 4 watt. 

Untuk biaya  listrik maka bisa kita asumsikan bahwa maka tarif listrik kita adalah Rp. 1444/KWh. Hal ini mengasumsikan bahwa kita berlangganan listrik dari PLN dengan daya listrik terpasang di rumah kita di atas 1300 VA tapi bawah 3500 VA.

Lalu berapa lama waktu yang kita habiskan untuk membaca sebuah artikel di internet? 

Sebuah artikel yang sangat menarik di Majalah Time menunjukkan bahwa durasi rata-rata seseorang membaca artikel di internet hanyalah 15 detik per artikel saja! 

Studi-studi yang dirujuk dalam artikel itu mengungkapkan bagaimana orang-orang membaca artikel internet tidak dengan cermat atau saksama. Ini mungkin salah satu alasan dibalik anjuran bahwa sebuah artikel di internet sebaiknya tidak memuat lebih 600 kata!

Elemen biaya kedua: biaya waktu

Waktu adalah uang. Ya itu benar. Tapi berapa nilai waktu kita dalam Rupiah?

Saat kita bekerja sebagai karyawan atau pegawai, maka waktu kita dihargai oleh produktivitas kita yang dimonetisasi dalam bentuk upah kita dan tentu saja tidak berlebihan jika kita memakai Upah Minimum Propinsi (UMP).

Misalnya rata-rata UMP nasional di Indonesia adalah Rp. 2,5 juta per bulan. Dengan asumsi juga bahwa ada 20 hari kerja per bulan dan bahwa kita bekerja 7 jam per hari, kita dapat menghitung nilai waktu rata-rata kita yaitu sebesar Rp.17857 per jam.

Itulah nilai waktu yang kita pakai saat kita bekerja sebagai sebagai tenaga profesional atau karyawan. Namun, saat berselancar di Internet atau membaca-baca artikel Kompasiana maka tentu saja nilai waktu kita lebih rendah dari Rp. 17857 per jam tersebut.

Ekonom Perancis Yvez Crozet mengusulkan untuk mengasumsikan bahwa nilai waktu selama kegiatan rekreasi seperti berselancar di Internet sebagai 42% saja dari nilai waktu kita selama jam profesional. Dengan mempertimbangkan koreksi ini, nilai waktu kami membaca Kompasiana adalah Rp.7.500 per jam.

Hasil perhitungan

Sekarang kita memiliki semua komponen biaya yang diperlukan untuk melakukan menghitung biaya ekonomi orang yang membaca artikel kita.

Kami memperoleh total biaya listrik dengan mengalikan daya rata-rata laptop (40 watt) atau daya rata-rata telefon genggam (4 watt) dengan tarif biaya listrik rata-rata (Rp. 1444/kWh) dan durasi membaca artikel (15 detik atau 0,25 menit atau 0,0042 jam).

Seorang pembaca yang mengakses tulisan kita lewat laptop akan mengeluarkan biaya listrik sebesar sekitar Rp 243 per artikelnya. Jika menggunakan telefon genggam, maka biaya listriknya adalah sekitar Rp.25 per artikelnya.

Bagaimana dengan biaya waktu?

Nilai waktu yang kita hitung dengan mengalikan nilai waktu kita sebesar Rp.7.500 per jam dengan lama membaca 15 detik per artikel menghasilkan angka Rp32 per artikel.

Jika biaya listrik dijumlahkan dengan biaya waktu, maka kita bisa menyimpulkan bahwa:

Total biaya untuk membaca satu artikel kita yang dikeluarkan oleh seorang pembaca adalah berkisar antara Rp 56 per artikel (saat mengakses lewat telefon genggam) dan Rp274 per artikel (saat mengakses lewat laptop) atau rata-rata Rp 165 per artikel.

Akhirnya sangat menarik bahwa kita juga dapat menghitung dampak atau biaya ekonomi setiap artikel kita pada seluruh pembaca.

Dengan mengasumsikan bahwa perbandingan pembaca yang mengakses tulisan kita lewat telefon genggam dan laptop adalah 50:50 maka hal ini dapat kita hitung dengan mudah yaitu dengan mengalikan biaya rata-rata per artikel (Rp 165) dengan jumlah views.

Hasilnya, jika jumlah views artikelmu 100 maka biaya ekonomi tulisanmu itu untuk seluruh pembaca adalah Rp.16.500. Jika views-mu 1000, maka biaya ekonomi tulisanmu Rp 165 ribu. Jika tulisanmu dibaca 10 ribu kali, maka biaya ekonomi tulisanmu adalah Rp 1,65 juta. Seterusnya, untuk 100 ribu views sepadan dengan Rp 16,5 juta dan untuk 1 juta views sepadan dengan Rp165 juta!

Artikel yang ditulis oleh Ruang Berbagi yang berjudul "Elon Musk Ternyata Orang Jawa, ini Buktinya!"  yang sampai 20 Juni 2022 telah meraih 167028 views sepadan dengan biaya ekonomi pembaca sebesar 27,5 juta rupiah.

Sementara artikel yang ditulis Acek Rudy Gunawan yang berjudul Inikah Mafia Minyak Goreng yang Dimaksud Menteri Perdagangan?  yang sampai 20 Juni 2022 telah meraup 1597091 views yang sepadan dengan biaya ekonomi sebesar sekitar 263 juta rupiah!

Angka dampak atau biaya ekonomi di atas harusnya jauh lebih besar mengingat views yang ditampilkan Kompasiana misalnya hanyalah menghitung kunjungan tunggal.

Sekali lagi angka-angka ini hanya menyangkut biaya dari sisi pembaca. 

Dengan pemahaman ini tentu kita bisa paham bahwa manfaat yang didapat oleh seorang pembaca dari menyimak sebuah artikel kita tentu harusnya sama atau lebih besar dari biaya yang dikeluarkan pembaca tersebut.

Tentu suatu tantangan untuk kita para penulis blog atau para penulis, termasuk penulis di Kompasiana: 

Bagaimana membuat tulisan yang bisa memberi manfaat bagi pembaca yang hanya punya waktu rata-rata 15 detik saja untuk membaca sebuah artikel? 

-sekian-

Salam literasi. Jepe-Jepe untuk Inspirasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun