Harga itu dipandang terlalu tinggi, antara lain , jika dibandingkan dengan UMP dan UMR setempat. Harga tiket naik 100 dollar AS bahkan juga secara faktual lebih mahal dari sejumlah harga tiket objek wisata dunia seperti Koloseum (18 dollar) dan Angkor Wat (37 dollar).Â
Selain itu, ada usulan solusi lain untuk membatasi jumlah pengunjung, yakni dengan mengadakan pemesanan daring terlebih dahulu dengan alokasi pengunjung yang lebih sedikit dibanding saat ini.Â
Beberapa faktor yang patut dipertimbangkan pemerintah
Ada beberapa faktor yang kiranya perlu dipertimbangkan pemerintah dalam memutuskan kenaikan tiket naik ke stupa Candi Borobudur:
1. Daya beli turis asing dan lokal
Pembatasan memang bisa ditempuh dengan menaikkan harga tiket. Masalahnya, apakah harga 100 dollar AS dan Rp750.000,- itu tidak kemahalan?Â
Jangan dipikir bahwa semua turis asing itu kaya. Sebagian adalah turis backpacker. Demikian pula, turis domestik tentu punya lebih banyak alternatif objek wisata yang lebih murah.
2. Perbaikan layanan dan penyempurnaan fasilitas
Kenaikan harga tiket perlu diimbangi dengan penyempurnaan fasilitas bagi turis agar turis merasa harga yang mereka bayar sepadan dengan kenyamanan yang mereka terima.Â
Jika disediakan jasa pemandu wisata andal dan ramah, suvenir khusus, kesempatan berfoto di spot istimewa, diskon untuk objek wisata lain, dan fasilitas lainnya, turis tentu akan bahagia membayar uang sejumlah itu.Â
3. Dampak pada hotel dan pedagang lokal