Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Wahai PSSI, Training Center Harga Mati, Belajarlah dari Sukses PBSI

29 Mei 2022   05:22 Diperbarui: 30 Mei 2022   05:01 2334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wahai PSSI, Training Center Harga Mati, Belajarlah dari Sukses Pelatnas Bulutangkis PBSI Cipayung -  ANTARA/Akbar Nugroho Gumay

PSSI lahir pada tahun 1931. Sementara PBSI didirikan pada 1951. Membandingkan prestasi dua cabang olahraga yang dinaungi PSSI dan PBSI mungkin bukanlah perbandingan apel dengan apel.

Akan tetapi, tidak ada buruknya secara jujur membandingkan prestasi kedua induk olahraga populer Indonesia ini. Prestasi terbaik sepak bola Indonesia mungkin adalah partisipasi Dutch East Indies (Hindia Belanda) pada tahun 1938 (pada masa penjajahan Belanda) di Piala Dunia FIFA 1938. Waktu itu Tim Indonesia menjadi peserta dari Asia yang pertama kali lolos ke Piala Dunia.

Prestasi terbaik PSSI setelah kemerdekaan mungkin adalah lolosnya Indonesia ke Olimpiade Melbourne 1956. Timnas Garuda sukses melaju ke perempat final dan berlaga melawan Uni Soviet yang diperkuat kiper legendaris Lev Yashin. Indonesia sukses menahan imbang Uni Soviet 0–0. Sayangnya, Indonesia harus tunduk dengan skor 4–0 pada laga kedua.

PBSI selaku naungan bulu tangkis Indonesia telah mencetak banyak prestasi internasional dari atlet-atlet yang berkaliber dunia. Hal ini tidak lepas dari keberadaan Pelatnas Cipayung.

Pelatnas Cipayung dibangun pada tahun 1992. Adalah Try Sutrisno sang ketua PBSI yang pada waktu itu berinisiatif mendirikan sebuah pusat pelatihan bulu tangkis tingkat nasional di Indonesia.

 Try Sutrisno adalah mantan ketua PBSI yang mengagas pendirian Pelatnas Cipayung pada 1992- Setneg RI/domain publik
 Try Sutrisno adalah mantan ketua PBSI yang mengagas pendirian Pelatnas Cipayung pada 1992- Setneg RI/domain publik

Menariknya, waktu itu Try Sutrisno adalah jenderal yang juga menjabat sebagai Wakasad. Ia menjabat ketua PBSI setelah Ferry Sonneville. 

Majalah Bulutangkis November 1985 mencatat, Try Sutrisno menghadapi kritik wartawan tentang rangkap jabatan dan prestasi bulu tangkis Indonesia -yang waktu itu melempem- dengan kepala dingin.

Ketika Try Sutrisno memulai masa jabatannya sebagai Ketua PBSI, sejak 1983 belum ada atlet Indonesia yang menjuarai All England. Menariknya, Try Sutrisno justru memancing kritik konstruktif dari wartawan dan warga Indonesia.

"Saudara sekalian tidak usah ragu. Bagi saya, kritik itu jamu. Jadi malah menyehatkan," ucap Try Sutrisno kepada wartawan. Sikap terbuka Try Sutrisno ini sangat istimewa karena kita tahu, masa itu adalah masa jaya Orde Baru.

Try Sutrisno percaya pada proses. Ia pun mendirikan pusdiklat di aneka kota. Yang paling fenomenal adalah pendirian Pelatnas PBSI Cipayung pada 1992.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun