Terdengar lagi kisah pilu TKW alias PMI, Pekerja Migran Indonesia atas perundungan yang didapat saat bekerja. Tepatnya di Irak, sebuah negeri seribu satu malam yang tidak populer mempekerjakan tenaga kerja wanita asal Indonesia.
Kisah ini saya dapat dari seorang PMI yang terdampar di negara Teluk Persia itu. Buah dari percaya mulut manis kenalan agen PJTKI yang memberinya janji ke Abu Dhabi. Ternyata belok arah, justru ke negeri Irak.
Wanita ini, Hepi Susana namanya, kini sedang bekerja di Irbil, Irak. Mengaku sedang dalam penyiksaan di tempat kerjanya. Dia Ingin pulang namun tidak bisa, antara lain karena belum habis kontrak.
"Kontrak saya dua tahun, ini masih belum satu tahun," kata Hepi.
Pemilik KTP asli bernama Hepi Susana ini nasibnya jauh dari happy. Di kekinian hidupnya yang masih muda dia harus menghidupi keluarga, sepasang orang tua renta, tiga anak yang masih kecil hingga anaknya sendiri yang diasuh orang tua.
"Saya janda yang harus mencukupi kebutuhan keluarga bapak dan ibu saya di rumah. Adik saya masih 3 kecil. Belum lagi anak saya. Ibu dan bapak saya nganggur, kerjanya serabutan," papar Hepi bertutur alasannya hingga nekat menjadi TKW.
Membeberkan kisahnya hingga sampai di tanah Irak, Hepi memaparkan bahwa ini merupakan penipuan. Dia ditipu agen tenaga kerja yang memberangkatkannya.
Bermula dari dari Singapura dia langsung ke Batam. Di Batam inilah Hepi kenal seorang agensi. Dia mendapat tawaran kerja ke Abu Dabi dengan gaji 8 juta. Â
"Dengar gaji 8 juta siapa yang tak mau. Saya berangkat, tapi tak seperti harapan. Sampai di sini, di Erbil Irak ternyata hanya mendapat 4 juta, terkadang kurang. Itu pun keperluan mandi seperti sabun saya harus beli sendiri. Juga makanan.Â
Kerja saya dari pagi sampai jam 11 malam. Kalau ada tamu jam sampai jam 1 malam bahkan jam 2. Tidur cuma 3,5 jam. Gak ada liburnya. Diberi makan tapi hanya untuk sekali makan saja. Makanya kalau ada kesempatan belanja saya beli makanan, dari uang gaji itu," panjang lebar Hepi menceritakan derita yang dia alami.