Sering terjadi, seorang penulis merasa terlalu rendah diri padahal berkualitas atau sebaliknya, merasa terlalu percaya diri padahal mutu karyanya masih jauh dari standar lomba.
Pengalaman membuktikan, sebaiknya kita memilih lomba dengan skala kecil dahulu. Misalnya, lomba yang diadakan komunitas atau penerbit kecil. Atau, lomba yang diadakan media massa lokal.Â
Jika kita sudah berhasil menunjukkan kualitas dalam lomba-lomba berskala kecil, barulah kita mengasah diri dalam lomba yang lebih besar dengan pesaing yang semakin banyak dan bermutu.
Ketiga, mendapatkan hadiah dan memperkuat penjenamaan serta silaturahmi
Dengan mengikuti lomba, kita berpotensi mendapatkan hadiah sekaligus memperkuat penjenamaan sebagai penulis. Hadiah tidak harus besar untuk dapat disyukuri. Bahkan satu buku pun adalah hadiah yang pantas kita syukuri.Â
Penjenamaan atau self-branding sebagai penulis lambat laun akan semakin kuat ketika kita semakin sering mengikuti dan menjuarai lomba menulis.
Tak lupa, dengan mengikuti lomba, kita juga memperkuat silaturahmi dengan dewan juri, redaksi, dan sesama penulis serta pembaca.Â
Pengalaman menuturkan, justru keuntungan terbesar mengikuti lomba adalah menjalin silaturahmi dengan insan-insan budiman yang bergiat dalam dunia literasi.
Ketika mengikuti lomba, kita bersaing secara sehat. Di luar lomba, kita dan para penulis lain bak saudara-saudari yang sama-sama cinta literasi.Â
Pada akhirnya, lomba-lomba adalah sarana saja untuk menjadikan kita insan yang lebih bermutu dan bersaudara. Salam literasi dari Komunitas Inspirasiana.Â