Kebutuhan biaya hidup di lapas
Ada cerita sendiri tentang mencukupi kebutuhan biaya hidup ini. Saya punya banyak sahabat di berbagai kota, antara lain di Bandung, Jakarta, Surabaya, Bali dan Kupang. Merekalah yang menyokong saya jika ada kebutuhan yang mendesak. Tidak semua kebutuhan biaya "mondok" saya bagikan ke keluarga. Saya tidak ingin terlalu membebani keluarga.
Sementara itu, saat saya hampir memutuskan menggunakan pengacara prodeo (pengacara atas biaya negara) karena tidak memiliki cukup uang untuk menyewa pengacara sendiri, Tuhan memberi saya seorang pengacara papan atas di Surabaya.
Dengan di koordinir salah satu keponakan, keluarga besar kami urunan untuk biaya penasihat hukum. Jumlah yang relatif besar untuk ukuran kami, tapi tidak cukup besar untuk normalnya jasa pengacara papan atas. Mungkin tidak lebih dari sekedar biaya operasional.
Namun meski dengan anggaran yang sangat terbatas Tim Penasihat Hukum yang terdiri dari 4 orang tetap bekerja maksimal. Mereka benar-benar bekerja secara profesional.
Ada yang lucu tentang ini. Saat tahanan/napi Tipikor umumnya harus merogoh kocek cukup dalam, menyediakan amplop yang cukup tebal untuk bisa bertemu penasihat hukumnya, saya justru selalu "disangoni" pengacara saya setiap dia mengunjungi saya. “Ini untuk ngopi”, itu yang selalu dikatakannya.
***
Sahabat pembaca, itu hanyalah beberapa dari sekian banyak "kemudahan" yang kami peroleh. Tentu ini tidak berarti saya dan keluarga selalu mulus-mulus saja tidak pernah bertemu persoalan atau masalah. Namun Tuhan senantiasa memberikan jalan keluarnya.
Bagi orang lain mungkin itu hanyalah sesuatu yang biasa-biasa saja. Tapi bagi keluarga kami yang hanya keluarga sederhana, itu semua adalah rangkaian keajaiban yang datang menghampiri.
Hanya kepada Tuhan kutitipkan. Allah SWT Tuhan kami, membuktikan kasih sayangnya kepada kami sekeluarga. Allah SWT telah menggerakkan hati orang-orang yang dipilihnya untuk menjadi perantara kasih sayangNYA kepada kami.
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ