Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisahku di Penjara, Hanya kepada Tuhan Kutitipkan (Bagian 3)

24 Februari 2022   10:14 Diperbarui: 24 Februari 2022   10:19 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hanya kepada Tuhan Kutitipkan, Kisah Nyataku di Penjara - Photo by Rajesh Rajput on Unsplash

Jadi seseorang yang menjalani proses hukum pidana sudah akan terhukum sejak dini lewat persepsi publik. Ini sesuatu yang harus diterima dengan segenap ‘ke-lapangdada-an’ oleh mereka yang terjerat proses hukum pidana. Salahkah persepsi publik seperti itu? Tidak, tidak sepenuhnya salah.

Persepsi bahwa seseorang yang menjalani proses hukum itu kemungkinan besar bersalah adalah sesuatu yang wajar. Pada kenyataannya sebagian besar mereka yang menjalani proses hukum dengan menjadi tersangka apalagi terdakwa hampir dapat dipastikan akan dinyatakan bersalah.

Kekuatan uang dan masalah ekonomi

Demikian pula halnya dengan kekuatan uang. Sebagai orang yang mengalami langsung terjerat kasus hukum, saya bisa mengatakan bahwa penggunaan kekuatan uang untuk mempengaruhi sebuah proses hukum adalah sesuatu yang nyata adanya.

Dalam skala mikro, kondisi di atas menjadi tekanan berat bagi keluarga dari seseorang yang terjerat proses hukum itu. Dan tekanan yang dirasakan oleh keluarga jauh lebih berat daripada yang dirasakan oleh yang bersangkutan secara langsung.

Misalnya saja, bukan hal mudah menjawab pertanyaan dari tetangga, kerabat jauh atau dari siapa pun juga tentang anggota keluarganya yang dipenjara. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul bisa karena ketidaktahuan tentang keberadaannya maupun pertanyaan yang menyangkut perkara hukum yang dihadapinya.

Dipenjara, pasti membawa konsekuensi negatif terhadap ekonomi dan keuangan keluarganya. Sebagian akan terputus dengan sumber penghasilan yang selama ini menjadi pencari nafkah keluarga.

Maka keluarga yang ditinggalkan mau tidak mau harus menjadi penggantinya. Bagi mereka yang punya usaha keluarga, punya tabungan yang besar atau yang punya uang pensiun misalnya, tentu sedikit lebih ringan menghadapinya.

Persoalan sosio-kultural dan persoalan ekonomi hanyalah sedikit dari banyak persoalan yang muncul sebagai konsekuensi seseorang dipenjara. Semua persoalan itu bisa saja saling bertemu, terakumulasi dan membentuk sebuah resultante yang melahirkan masalah besar bagi yang bersangkutan dan keluarganya.

Sebuah resultante

Bagi penghuni rutan atau lapas, stres adalah persoalan umum. Dalam skala ringan, stres ini bisa menyebabkan menurunnya kondisi kesehatan. Stroke, baik dalam stadium ringan sampai berat menjadi penyakit yang cukup banyak diderita penghuni lapas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun