Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Artikel Utama FEATURED

Klitih yang Bikin Resah dan Geng Sekolah yang Menolak Punah, Apa Solusinya?

30 Desember 2021   05:36 Diperbarui: 8 April 2022   17:26 1952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warga Yogyakarta paham betul akan adanya ironi bahwa Kota Pelajar ini adalah juga sarang aneka geng sekolah yang menolak punah. Data Kompas.com menyebutkan, pada 2017 terdapat 81 geng sekolah di Yogyakarta!

Ketika saya menjalani masa pendidikan menengah di Yogya, saya tahu juga adanya persaingan antar geng sekolah atau geng pelajar ini. 

Sebenarnya, nama-nama geng sekolah itu sebagian terpampang di penjuru Yogyakarta dalam rupa grafiti. Tak perlu saya sebutkan di sini demi menghindari glorifikasi nama-nama geng pelajar di DIY.

Beberapa sekolah dikenal memiliki geng fanatik yang punya musuh-(musuh) bebuyutan. Anggota senior mendoktrin anggota baru bahwa kesetiaan pada sekolah berarti berani membela geng sekolah kala menghadapi geng sekolah lawan bebuyutan. 

Apa solusi klitih dan geng sekolah di Yogya?

Sebenarnya klitih ini sudah menjadi perhatian pemerintah daerah dan sekolah-sekolah di Yogyakarta sejak lama. Akan tetapi, hingga kini klitih dan geng sekolah seakan menolak punah.

Saya mencoba memahami dari akar persoalan terlebih dahulu sebelum menawarkan solusi klitih. Pada hemat saya, klitih ini adalah "produk" dari aneka faktor internal dan eksternal dunia pelajar di Yogyakarta.

Dari sisi internal, klitih disebabkan lemahnya bimbingan dan konseling sekolah dan lemahnya kolaborasi orangtua dan sekolah. Juga akibat minimnya langkah untuk memutus lingkaran dendam antargeng sekolah.

Dari sisi eksternal, klitih kiranya disebabkan oleh sistem pendidikan nasional dan daerah yang menekankan pada nilai akademik alih-alih pembinaan budi pekerti. 

Saya mengalami sendiri, betapa tertekannya menjadi siswa di Yogyakarta. Dahulu dan sekarang, untuk mendapat sekolah negeri yang baik, persaingan sangat ketat. 

Jika siswa-siswi "gagal" mendapat sekolah yang baik, biasanya mereka ini menjadi murid sekolah "kelas pinggiran". Memang benar, geng sekolah juga ada di sekolah unggulan. Akan tetapi, jauh lebih umum di sekolah-sekolah "pinggiran".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun