Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Apa itu Metaverse, Siapa Penciptanya, Apa Contohnya dan Pengaruhnya untuk Kita?

23 Desember 2021   10:14 Diperbarui: 23 Desember 2021   12:30 31901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget penghadir metaverse seperti kacamata augmented reality - Photo by Jessica Lewis on Unsplash

Dahi segera berkerut kala mendengar kata metaverse. Apa artinya? Apakah hidup kita diubah oleh metaverse? Ada pula yang lantas nyinyir: "Ah, masa bodoh dengan metaverse!"

Sejatinya metaverse sudah hadir, tetapi kita mungkin belum sadar atau malah nyinyir. Nah, agar tak salah paham apalagi nyinyir, mari kita paham apa itu arti metaverse dan bagaimana metaverse mengubah hidup dan dunia kita saat ini dan masa depan.

Siapa pencipta istilah metaverse?

Penulis Neal Stephenson menciptakan istilah "metaverse" dalam novel fiksi ilmiahnya "Snow Crash." Dalam novel itu, Stephenson membayangkan avatar manusia hidup yang berinteraksi dalam bangunan 3D realistis dan lingkungan realitas virtual lainnya.

Metaverse adalah sebuah frase yang diciptakan oleh Stephenson dalam novel fiksi ilmiah "Snow Crash" (1992) untuk menunjuk pada penerus Internet. Metaverse adalah visi Stephenson tentang bagaimana Internet berbasis realitas virtual dapat berkembang dalam waktu dekat.

Novel Neal Stephenson di mana pertama kali muncul istilah metaverse - Bantam Books/CC fair use for education
Novel Neal Stephenson di mana pertama kali muncul istilah metaverse - Bantam Books/CC fair use for education
Sejak itu, berbagai perkembangan teknologi membuat tonggak sejarah dalam perjalanan menuju metaverse nyata: dunia virtual online yang menggabungkan augmented reality, virtual reality, avatar holografik 3D, video dan sarana komunikasi lainnya. 

Saat metaverse berkembang, metaverse akan menawarkan dunia alternatif yang sangat nyata bagi kita untuk hidup berdampingan dalam ekosistem metaverse.

Apa arti metaverse?

Metaverse adalah kombinasi beberapa elemen teknologi, termasuk virtual reality, augmented reality dan video di mana pengguna "hidup" dalam dunia digital. 

Metaverse adalah hipotesis iterasi (perulangan) berikutnya dari internet, yang mendukung lingkungan virtual 3D online yang terdesentralisasi dan persisten. 

Metaverse adalah dunia virtual yang dapat diakses melalui headset virtual-reality, kacamata augmented-reality, smartphone, komputer, dan konsol game.

Gadget penghadir metaverse seperti kacamata augmented reality - Photo by Jessica Lewis on Unsplash
Gadget penghadir metaverse seperti kacamata augmented reality - Photo by Jessica Lewis on Unsplash
Dalam metaverse, para warga atau penggunanya bekerja, bermain, dan tetap terhubung dengan teman-teman melalui segala hal mulai dari konser dan konferensi hingga perjalanan virtual keliling dunia.

Metaverse sudah hadir
"Miniatur" metaverse sudah ada di hadir dalam aneka rupa perkembangan teknologi di sekitar kita. Umpama, metaverse hadir dalam dunia game online seperti Fortnite, Minecraft, dan Roblox. Perusahaan di balik game tersebut memiliki ambisi untuk menjadi bagian dari evolusi metaverse.

Saat ini jutaan orang menghabiskan berjam-jam sehari di ruang sosial virtual seperti Roblox dan Fortnite. Ketertarikan pada kepemilikan aset digital telah melonjak secara dramatis. 

Perdagangan token non-fungible (NFT) dan cryptocurrency (mata uang kripto) menjadi berita utama saat ini. 

Mata uang kripto menjadi bagian dari metaverse - Photo by Eftakher Alam on Unsplash
Mata uang kripto menjadi bagian dari metaverse - Photo by Eftakher Alam on Unsplash

Platform produktivitas virtual juga berkembang. Umpama, Facebook dan Microsoft baru-baru ini mengumumkan cara baru untuk berkolaborasi secara daring (online). 

Produsen sepatu ternama, Nike bahkan dikabarkan sedang bersiap untuk menjual sepatu virtual. Kantor hibrida, pendidikan berbasis video, dan komunitas sosial daring hanyalah beberapa medan di mana lebih banyak waktu kita habiskan di ruang digital.

Secara singkat, metaverse dalam prototipe atau purwarupa sudah hadir di sekitar kita. Anak-anak dan kaum muda serta dewasa muda lazimnya sudah bersinggungan atau bahkan hidup dalam purwarupa metaverse ini.

Di dalam game online, transaksi uang tidak lagi menggunakan uang tunai untuk membeli barang yang bisa disentuh. Para pemain pun "bertransformasi" dalam rupa tokoh gim dan avatar. 

Metaverse mengaburkan batas nyata dan maya

Apakah metaverse itu maya? Ataukah metaverse itu nyata? Menurut hemat saya, metaverse itu maya sekaligus nyata dan nyata sekaligus maya.

Batas antara yang nyata dan maya menjadi kabur, bahkan seakan hilang dalam jagad metaverse.

Di balik tokoh-tokoh dan avatar gim yang dimainkan bersama bahkan secara global, misalnya, ada para pemain nyata dengan perasaan manusiawi yang nyata. 

Mereka ini berinteraksi di dalam dunia game yang seolah maya, tetapi juga sekaligus nyata! Waktu, tenaga, dan dana dihabiskan di dunia maya/nyata ini. Solidaritas dan interaksi manusiawi pun bisa tumbuh di dalam realita maya/nyata dunia game. 

Tak heran, E-sports menjadi tren baru untuk bermain, bersosialisasi, dan mencari pendapatan. Para gamer dan youtuber gim dan topik uang kripto menjadi idola baru, menggeser para artis dan atlet.

Perkembangan metaverse ke depan

Raksasa teknologi yang sebelumnya dikenal sebagai Facebook telah melakukan investasi signifikan dalam realitas virtual, termasuk akuisisi Oculus pada 2014. 

Meta menjadi payung aneka merek dagang seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp. Mark Zuckerberg membayangkan dunia virtual di mana avatar digital terhubung melalui pekerjaan, perjalanan, atau hiburan menggunakan headset VR.

Zuckerberg percaya bahwa metaverse akan bisa menggantikan internet seperti yang kita kenal saat ini. 

"Platform dan media berikutnya akan menjadi lebih imersif dan mewujudkan internet di mana Anda berada dalam pengalaman, tidak hanya melihatnya. Kami menyebutnya metaverse," kata CEO Meta Mark Zuckerberg beberapa waktu lalu setelah mengungkapkan penjenamaan ulang Facebook Inc.

Tim Sweeney, CEO perusahaan Fortnite, mengatakan, "Bukan rahasia lagi bahwa Epic berinvestasi dalam membangun metaverse." 

Metaverse mampu mengadakan konser musik, trailer film dan debut musik secara "imersif". Penonton tidak lagi hanya melihat, tetapi sungguh berada di dalam dunia metaverse itu.

Metaverse juga bisa membawa kita ke masa lalu, dengan hadir langsung, misalnya saat Soekarno membawakan pidato proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. 

Singkat kata, metaverse bukan hanya sesuatu yang futuristik. Metaverse sudah hadir, meski masih dalam purwarupanya. Metaverse mampu mengajak kita untuk hadir di masa lalu, masa kini, dan masa depan secara "bersamaan".

Metaverse, seperti hal lainnya, bisa berdampak positif dan negatif. Tergantung pada insan manusia yang menggunakannya. 

Salam edukasi dari Inspirasiana. Artikel berhak cipta. Sila bagikan dalam rupa artikel Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun