Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Ngamik Bini": Tradisi Menjemput Calon Istri dalam Suku Dayak Desa

11 November 2021   13:02 Diperbarui: 11 November 2021   13:09 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Calon mempelai wanita dalam balutan pakaian adat Dayak | Dokumen pribadi milik Gregorius Nyaming
Calon mempelai wanita dalam balutan pakaian adat Dayak | Dokumen pribadi milik Gregorius Nyaming

Setibanya di rumah calon suami, sang calon istri diterima dan disambut dengan penuh suka cita oleh sang belahan jiwa, keluarga besar dan orang sekampung, yang tentu saja sudah tidak sabar menanti kedatangannya.

Sebelum diperbolehkan masuk ke dalam rumah, akan ada serangkaian upacara adat yang akan dilangsungkan. Salah satunya ialah ritual adat betabak.

Betabak dapat diartikan sebagai ritual menghalau roh-roh jahat yang dapat mendatangkan hal-hal buruk baik terhadap perseorangan maupun komunitas.

Selain untuk mendoakan agar sang calon istri selalu sehat dan kelak bisa menjadi seorang istri dan ibu yang baik, betabak dilakukan untuk menghalau roh-roh jahat yang mungkin telah menyertai rombongan selama dalam perjalanan.

Masyarakat Dayak Desa meyakini keberadaan roh-roh jahat di dalam alam. Roh-roh jahat ini seringkali mengacaukan niat dan rencana baik anak manusia. Perjalanan yang kadangkala mengalami hambatan oleh masyarakat Dayak Desa dipandang sebagai karya si jahat yang bermaksud menggagalkan niat baik manusia.

Atas alasan tersebutlah betabak harus dilakukan. Tujuannya agar manusia bisa menata dan menjalani kehidupan dengan hati yang tenang dan damai.

Ritual betabak itu dilakukan dengan menggunakan air yang sudah dicampur dengan beras dan darah hewan. Air ini nanti akan dipercikkan di atas kepala dengan menggunakan serat kulit pohon kepuak (Artocarpus elasticus). Bentuk pohonnya menyerupai pohon sukun.

Menggunakan beras karena dalam alam kepercayaan masyarakat Dayak Desa ia berfungsi untuk meneguhkan hidup batiniah manusia. Karena itu, orang yang baru sembuh dari sakit atau mereka yang luput dari kecelakaan akan ditaburi dengan beras. Dalam dunia perladangan, penggunaan beras dimaksudkan sebagai bentuk penyucian atas ladang.

Mengapa menggunakan serat kulit pohon kepuak barangkali alasannya karena teksturnya yang sangat kuat. Dia digunakan karena selaras dengan tujuan dari ritual betabak itu sendiri, yakni untuk menguatkan jiwa (semengat) seseorang.

Zaman dahulu, nenek moyang kami sering menggunakannya sebagai dinding ketika membuat pondok di ladang. Zaman sekarang kulit kayu kepuak masih sering digunakan untuk tali temali. Beberapa kerajinan tangan khas Dayak juga terbuat dari kulit kepuak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun