Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Permen Union

5 November 2021   12:30 Diperbarui: 5 November 2021   15:41 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang pedagang yang berusia belia | Foto diambil dari Jabarprov.go.id

Dari bisnis-bisnis sampingan itulah ia bisa memupuk tabungan pribadi yang lumayan besar, selain bisa membantu kedua orangtuanya dalam membiayai pendidikan adik-adiknya. Ia sendiri kemudian berhasil lulus S2.

Pengalaman hidupnya sebagai anak yang lahir dari keluarga sederhana, membawanya kepada kesadaran betapa pentingnya kesetaraan. Ini membawanya kepada dunia politik. 

Dunia yang semula ia jauhi karena baginya politik itu kotor. Kini ia ada di situ. Ia tinggalkan pekerjaannya sebagai staf personalia dan fokus di dunia politik. Ia ingin memberi warna kepada dunia politik. Politik yang berpihak kepada kepentingan rakyat.

Dengan susah payah ia berhasil mendapatkan kursi anggota DPRD Kabupaten. Saat Ajan sahabatnya sudah punya dua orang anak, Jajang akhirnya bertemu dengan jodohnya. Seorang gadis cantik yang usianya terpaut jauh. Dengan dukungan istri yang sangat dicintainya itu, ia berhasil menjadi anggota DPRD Kabupaten 2 periode dan kemudian DPRD Provinsi. 

Dengan tetap konsisten dengan politik yang berpihak kepentingan rakyat, Jajang kemudian terpilih sebagai bupati selama dua periode. Sementara itu Ajan tetap dengan jabatan kepala sekolah 3 SMA Negeri pernah dikepalainya. 

Kalau saja Jajang mau, ia bisa saja mengangkat Ajan sahabatnya itu ke jabatan yang lebih bergengsi di Dinas Pendidikan. Tapi Jajang tidak melakukannya. Baginya persahabatan tidak boleh dinodai oleh kepentingan pragmatis.

Bis kota terus melaju di Jalan Tol sampai kemudian berhenti di penghentian akhir di Jembatan Merah Plaza. Aku masih terduduk ketika semua penumpang sudah turun. 

Kenanganku kepada dua sahabatku itu terus menyelimuti pikiranku. Aku harus pulang. Akan kutemui mereka dan kumintakan ijin mereka untuk menuliskan kisah petualangan hidup mereka dalam sebuah buku.

***

Ditulis oleh Kang Win untuk Inspirasiana.

Tulisan berhak cipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun