Dengan uang sejumlah itu ia bisa jajan bersama Ajan teman setianya yang selalu menemaninya berjualan. Jajang hanya berpikir mendapatkan keuntungan untuk jajan.
Ajan adalah teman sebayanya. Ia juga teman sekelas Jajang. Seperti juga Jajang, Ajan juga berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya berprofesi tukang servis perangkat elektronik. Jajang dan Ajan sudah bersahabat sejak kecil, semenjak sama-sama duduk di kelas 1 SD.
Jajang ini termasuk ulet. Selain berjualan permen, kadang-kadang ia juga berjualan nangka. Nangka itu ia ambil dari pohon nangka di halaman rumahnya. Jika nangka itu sudah matang, ia potong-potong buah nangka itu dan menjualnya per potong.
Ada kejadian lucu saat ia berjualan nangka. Jajang itu anaknya ngantukan. Tidak seperti jualan permen yang dilakukan dengan cara asongan, Jajang menjual nangka di emperan sebuah toko. Saat duduk menunggu pembeli itulah seringkali ia ketiduran. Suatu hari 3 ekor domba melintas di tempat Jajang berjualan, melihat ada nangka domba-domba itu kemudian sibuk melahap nangka jualan Jajang. Jajang baru tersadar jualannya dilahap domba ketika beberapa orang sibuk mengusir domba-domba itu.
Dengan keuletannya, Jajang berhasil meraih gelar Sarjana Hukum dari salah satu perguruan tinggi dan kemudian bekerja di bagian personalia sebuah pabrik kulit. Sementara itu, Ajan sahabatnya berhasil meraih gelar Sarjana Pendidikan dan kemudian menjadi guru negeri di sebuah SMA.
Dengan status sebagai guru SMA Negeri, Ajan dengan mudah menemukan jodohnya. Sementara Jajang dengan susah payah akhirnya bisa berkenalan dengan Lita seorang mahasiswi ekonomi di salah satu universitas terkemuka. Lita berasal keluarga yang cukup terpandang di desanya.Â
Mereka kemudian berkomitmen untuk menjalin hubungan serius. Mereka berdua tampak serasi. Jajang meski berasal dari keluarga sederhana, ia cukup tampan dengan postur tubuh yang tinggi tegap. Sementara Lita, cantik tinggi semampai.
Hampir 3 tahun mereka pacaran. Saat Ajan bersiap-siap untuk menikah, Jajang mengalami hal buruk. Secara sepihak Lita memutuskan hubungan. Dengan terisak-isak Lita menjelaskan bahwa hubungan mereka berdua tidak direstui kedua orangtuanya.
Bagi Jajang ini sangat menyakitkan. Lita adalah cinta pertamanya. Meski bisa menerima keputusan Lita, tidak mudah bagi Jajang untuk bisa move on dari Lita. Bertahun-tahun ia menutup hatinya untuk perempuan.Â
Ia menyibukan dirinya dengan bisnis di luar aktifitasnya sebagai staf personalia di tempat ia bekerja. Naluri bisnis yang ia bina sejak sejak menjadi pedagang asongan, membuat ia bisa melihat peluang bisnis yang ada di sekitar dirinya.
Mula-mula ia minta ijin kepada pimpinan perusahaan tempat ia bekerja untuk bisa membeli sebagian scraft atau bahan sisa produksi. Dari sedikit, kemudian menjadi pemegang opsi terbesar pembelian bahan sisa produksi dari pabrik tempat ia bekerja. Ia juga terjun menjadi makelar jual beli tanah.