Kata-kata motivasi mungkin sudah basi untuk dihayati. Tampang saya lebih enak untuk di-bully. Oh, dirisak.Â
Padahal sudah saya pasang dalam bentuk sekadar pemanis bukan untuk jual tampang.Â
Namun, harus saya akui ini bagus juga buat introspeksi diri. Jangan jual tampang.Â
Di sisi lain kadang kita memang terlalu genit untuk mengomentari hal yang tidak penting daripada yang lebih penting. Tidak berpikir lagi apa yang akan terjadi. Apakah bisa merusak perasaan?
Dalam hal ini, benarlah bahwa diam itu emas. Mungkin bisa lebih berharga.Â
Mungkin itu sebabnya, telinga manusia ada dua dan mulut hanya satu. Artinya lebih baik banyak mendengar daripada berbicara.Â
Hidup memang penuh risiko. Bahkan suatu perbuatan baik pun berisiko tidak baik. Bukan hanya buat orang lain, tetapi buat diri sendiri.Â
Orang lain bisa salah mengerti dengan maksud baik yang ada, akibatnya merusak suasana hati kita. Akhirnya bisa berujung pada akibat yang sama. Kecewa. Sakit hati.Â
Bayangkan. Sebuah perbuatan dengan  niat baik pun bisa mengakibatkan saling melukai. Liar biasa.Â
Ketakdamaian hidup memang acap kali berawal dari kesalahpahaman. Terlalu banyak pertengkaran atau keributan akibat dari salah paham.Â
Tentu kita jangan sampai terjebak dalam kondisi ini. Artinya saat berbuat baik harus siap menerima risiko dengan berlapang dada bila yang menerima tak menghargai.Â