Penemuan kerangka seorang wanita muda yang tinggal di pulau Sulawesi di Indonesia sekitar 7.300 tahun mengungkap hal-hal baru dalam dunia arkeologi. Wanita muda ini memiliki silsilah Asia Timur yang bercampur dengan garis keturunan Denisovan.
Denisovan adalah sekelompok hominid purba misterius yang berasal dari sekitar 300.000 tahun yang lalu di Siberia dan bertahan di dekat Papua Nugini hingga akhir 30.000 hingga 15.000 tahun yang lalu.
Para peneliti menggali sebagian kerangka wanita itu dari gua Leang Panninge Sulawesi Selatan. Analisis DNA-nya menunjukkan bahwa wanita muda ini adalah keturunan Homo sapiens Asia Timur yang mungkin mencapai daerah tropis setidaknya 50.000 tahun yang lalu. Demikian rilis jurnal ilmiah Nature pada 25 Agustus 2021.
Kerangka berusia 7.300 tahun ditemukan dari sebuah gua di Sulawesi Selatan DNA yang diekstraksi dari kerangka itu mengandung petunjuk genetik dari populasi Asia yang belum diketahui.
Sebelum penggalian, gua itu dalam tahap awal pengembangan sebagai taman wisata air. Batu-batu besar yang terkena air, diambil dari sungai terdekat, ditempatkan di kedua sisi kepalanya dan di atas tubuhnya.
Fosil yang bertahan sebagian besar berasal dari tengkorak dan panggul. DNA diekstraksi dari tulang padat di dasar tengkorak yang diketahui menyimpan materi genetik dengan sangat baik.Â
Fosil di iklim tropis seperti Indonesia jarang menghasilkan DNA purba karena materi genetik yang rapuh biasanya tidak bertahan dalam kondisi tersebut.
Kerangka wanita muda anggota kebudayaan pemburu-peramu Toalean terkubur selama lebih dari 7.000 tahun sampai dia digali oleh para arkeolog Indonesia pada tahun 2015.
Sampai saat ini, banyak ilmuwan mengira bahwa pelaut dan petani terampil yang disebut Austronesia pertama kali menyebarkan gen Asia Timur melalui kawasan Wallacea, sekelompok pulau antara daratan Asia dan Australia yang mencakup Sulawesi, Lombok dan Flores, sekitar 3.500 tahun yang lalu.
Menurut arkeolog Adam Brumm dari Griffith University di Brisbane, Australia, DNA wanita Sulawesi kuno menunjukkan bahwa nenek moyang Asia sudah tiba di Wallacea jauh sebelum ekspansi Austronesia.
Para arkeolog Indonesia yang menemukan kerangka tersebut menjuluki wanita muda itu, yang berusia 17 atau 18 tahun saat meninggal sebagai Besse (diucapkan "besseh"). Dalam komunitas etnis Sulawesi Selatan, Besse adalah sebutan yang akrab bagi individu anak perempuan dan perempuan.
Setibanya di Sulawesi, nenek moyang perempuan tersebut menikah dengan Denisovans yang sudah mendiami pulau tersebut, demikian dugaan peneliti.Â
Penemuan kerangka Besse menunjukkan bahwa penduduk pulau-pulau Asia Tenggara jauh lebih kompleks daripada yang biasanya diperkirakan, kata ahli genetika populasi Lluis Quintana-Murci dari College de France dan Institut Pasteur Paris.Â
Para peneliti memperkirakan bahwa wanita Sulawesi kuno mewarisi sekitar 2,2 persen DNA-nya dari Denisovans. Itu sedikit kurang dari beberapa kelompok lain di wilayah ini. Kelompok adat di Filipina memiliki tingkat keturunan Denisovan tertinggi yang diketahui, mencapai sekitar 5 persen.
Semoga penemuan dan penelitian Besse dapat membawa perkembangan dalam dunia arkeologi. Salam edukasi dan literasi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H