Menurut arkeolog Adam Brumm dari Griffith University di Brisbane, Australia, DNA wanita Sulawesi kuno menunjukkan bahwa nenek moyang Asia sudah tiba di Wallacea jauh sebelum ekspansi Austronesia.
Para arkeolog Indonesia yang menemukan kerangka tersebut menjuluki wanita muda itu, yang berusia 17 atau 18 tahun saat meninggal sebagai Besse (diucapkan "besseh"). Dalam komunitas etnis Sulawesi Selatan, Besse adalah sebutan yang akrab bagi individu anak perempuan dan perempuan.
Setibanya di Sulawesi, nenek moyang perempuan tersebut menikah dengan Denisovans yang sudah mendiami pulau tersebut, demikian dugaan peneliti.Â
Penemuan kerangka Besse menunjukkan bahwa penduduk pulau-pulau Asia Tenggara jauh lebih kompleks daripada yang biasanya diperkirakan, kata ahli genetika populasi Lluis Quintana-Murci dari College de France dan Institut Pasteur Paris.Â
Para peneliti memperkirakan bahwa wanita Sulawesi kuno mewarisi sekitar 2,2 persen DNA-nya dari Denisovans. Itu sedikit kurang dari beberapa kelompok lain di wilayah ini. Kelompok adat di Filipina memiliki tingkat keturunan Denisovan tertinggi yang diketahui, mencapai sekitar 5 persen.
Semoga penemuan dan penelitian Besse dapat membawa perkembangan dalam dunia arkeologi. Salam edukasi dan literasi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H