Pada suatu hari, seorang anak Putri Tangguk merengek ingin makan. Putri Tangguk melihat tempat nasi di dapur sudah kosong, dan persediaan beras juga sudah habis. Putri Tangguk heran karena lumbung padinya juga sudah kosong.
Pada malam harinya, Putri Tangguk bermimpi didatangi orang tua yang mengatakan bahwa Putri Tangguk sudah menyia-nyiakan padi dengan membuangnya di jalanan. Mereka sekeluarga akan hidup sengsara karena telah menyia-nyiakan padi itu.
Putri Tangguk sangat menyesal, padi di sawah miliknya kini tidak mau tumbuh lagi. Namun, penyesalan yang datang kemudian itu, kini tiada artinya lagi.
Wasana Kata
Dari cerita rakyat ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa: Pertama, kita tidak boleh sombong, melainkan tetap rendah hati, walaupun kita hidup berkecukupan. Kedua, kita harus tetap bersyukur dan menghargai apa yang kita miliki. Kita jangan menyia-nyiakan apa yang kita miliki. Ketiga, kita harus berbagi walaupun sedikit. Hidup berbagi memberi manfaat untuk orang lain.
Demikian cerita rakyat dari Kerinci, Jambi ini. Semoga bermanfaat.
Ditulis oleh Fatmi Sunarya untuk Inspirasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H