Menulis: Melatih Diri Berpikir Kritis
 "Critical Thinking makes you win the battles and those could be battles for good things, so that's why you should learn to write! It's the most powerful weapon for you" -- Jordan Peterson, Psikolog.
"Berpikir kritis membuat Anda memenangkan pertempuran dan itu bisa menjadi pertempuran untuk hal-hal baik, jadi itulah mengapa Anda harus belajar menulis! Itu senjata paling ampuh untuk Anda."
Apakah pembaca setuju dengan ungkapan di atas?Â
Untuk orang-orang yang sering menulis, pasti akan mengiyakan dan telah merasakan apa yang dikatakan oleh Jordan Peterson di atas.Â
Ya, menulis adalah satu hal yang membutuhkan proses berpikir agar tulisan yang dihasilkan menjadi lebih berisi dan dapat memberikan informasi ataupun pengetahuan yang tepercaya dan bermanfaat untuk pembaca.
Berpikir kritis bukanlah suatu keahlian yang dibawa seseorang dari lahir. Kemampuan berpikir kritis dapat tumbuh ketika seseorang mau dan terus berlatih.Â
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk melatih diri berpikir kritis, salah satunya adalah dengan menulis.Â
Mengapa menulis bisa melatih berpikir kritis?
Dalam pembahasan Critical Thinking Standard yang dituliskan oleh Rhenald Kasali dalam bukunya yang berjudul Self Driving, ada beberapa hal yang perlu dimiliki seseorang untuk mendapatkan cara berpikir kritis. Cara-cara tersebut dapat juga kita lakukan dengan sering menulis. apa sajakah itu?
Pertama, KejelasanÂ
Mengklarifikasi lebih jauh terhadap hal-hal yang baru ataupun meragukan adalah salah satu cara berpikir kritis.
Dalam menulis, mencari referensi adalah kebutuhan. Untuk itu, seorang penulis harus merasa perlu untuk mengklarifikasi kembali referensi yang ia dapat dan memastikan apakah tulisan yang ia tulis dapat dipertangggungjawabkan kebenarannya.Â
Menulis juga melatih seseorang untuk mengambil pandangan dari berbagai sudut untuk melatih keterbukaan, sehingga kejelasan tulisan dapat dipertahankan.
Kedua, Akurasi (Ketepatan)
Socrates yang dianggap sebagai ilmuwan generasi pertama yang mengajarkan berpikir kritis, setiap kali ia mendengar seseorang menyampaikan sesuatu, ia selalu menanyakan, "Apakah berita yang Anda ceritakan adalah sesuatu yang benar-benar Anda yakini kebenarannya?"
Dalam menulis, informasi ataupun pengetahuan yang disampaikan harus diperiksa dahulu apakah ia benar-benar akurat  dan dapat dipercaya. Seorang penulis harus berhati-hati dalam memberikan informasi. Maka dari itu, kemampuan berpikir kritis dalam menilai keakuratan sebuah sumber tulisan harus diperhatikan.
Ketiga, Relevansi
Seseorang yang kritis, dia akan memeriksa apakah jawaban yang ia dapatkan sudah sesuai dengan pertanyaan yang ia utarakan. Seperti halnya seorang reporter yang krtitis, ia akan memastikan apakah pertanyaan yang ia ajukan kepada narasumber sudah terjawab dengan sesuai, tidak melenceng jauh dari pertanyaan ataupun isu yang berkembang.Â
Begitu pula dalam hal menulis, penulis berlatih dan berusaha untuk selalu konsisten menulis berdasarkan tema yang akan ia bahas. Materi yang akan ia tuangkan tidak tercampur aduk kesana-kemari.Â
Tidak lupa pula penulis perlu memperhatikan koherensi atau keterhubungan antar kalimat dan paragraf agar tulisan menjadi sistematis.Â

Keempat, Mendalam dan Luas
Berpikir kritis membuat seseorang untuk selalu mencari hal-hal baru secara mendalam dan mencari wawasan dengan lebih luas.
"Bacaan, pergaulan, dan perjalanan yang luas dapat membuat manusia memperluas cakrawalanya untuk melihat kebenaran dari sudut pandang berbeda" -- Rhenald Kasali
Dalam hal menulis, penulis akan berusaha dan melatih dirinya dalam menuliskan sesuatu dengan lebih mendalam. Ia menyadari agar tulisannya semakin bagus maka ia perlu untuk memperluas wawasannya baik dengan membaca, jalan-jalan, ataupun menonton video-video yang mampu mengembangkan kompetensi menulisnya.Â
Kelima, Logis
Masuk akal atau tidaknya sebuah berita dapat dinalar oleh seseorang yang mau untuk berpikir kritis. Menurut Rhenald, penalaran dapat diperiksa melalui konsistensi dari pernyataan-pernyataan yang berkembang.Â
Dalam hal menulis, penulis perlu memerika kembali apakah tulisan yang ia hasilkan dapat diterima oleh akal sehat. Konsistensi isi dari pernyataan-pernyataan tidak boleh sampai saling berlawanan.
Penulis tidak mungkin menuliskan sesuatu yang tidak masuk akal, terkecuali dalam hal menulis fiksi. Seorang fiksianer perlu memiliki imajinasi yang kuat agar karyanya layak dan bisa diterima oleh pembaca.
Keenam, Kejujuran dan Keadilan
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang subjektif. Bagaimanapun, ia memandang sesuatu dari sudut pandang pribadinya yang dibentuk karena kepribadiannya dan pengalamannya. Namun, manusia yang kritis mampu mengimbanginya secara adil, bahwa menjadi kritis harus bisa menghargai pendapat orang lain, terbuka terhadap kritik dan saran, tidak agresif, jujur, dan lain-lain.Â
Begitu pula dalam hal menulis, penulis belajar untuk selalu terbuka terhadap hal-hal baru, mau menerima segala masukan untuk memperbaiki tulisannya, menghargai karya tulis orang lain, menghindari plagiarisme, dan masih banyak lagi.Â
Nah, dari keenam cara berpikir kritis di atas, kegiatan menulis dapat mendukung untuk menumbuhkan itu semua, kan? Yuk, belajar menulis sekaligus mengasah cara berpikir kritis kita!
Ditulis oleh Firda Fatimah untuk Inspirasiana
Bacaan :Â
Kasali, Rhenald. 2019. Self Driving Menjadi Driver atau Passenger?. Jakarta Selatan: Mizan Anggota IKAPI.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI