Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Klub-klub Bola Artis: Berkah Trickle Down Effect atau Sekadar Pemanis?

8 Juni 2021   04:29 Diperbarui: 8 Juni 2021   09:31 1415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, jika tiada pemerataan pendapatan melalui trickle down effect, apa manfaat kehadiran klub-klub artis bermodal besar dan ditunjang promosi yang kuat itu? Klub-klub kelas teri akan makin tersingkir.

Teori trickle down effect (dampak tetesan ke bawah) ini dikenalkan oleh ekonom Albert Hirschman (1915-2012) yang menegaskan pentingnya peranan kutub pertumbuhan wilayah sebagai penggerak utama atau lokomotif pertumbuhan yang selanjutnya menyebarkan hasil-hasil pembangunan ke wilayah lain.

Seharusnya, kehadiran klub-klub sepak bola artis memunculkan dampak tetesan ke bawah (trickle down effect) dalam hal kesejahteraan yang berkeadilan bagi klub-klub lain yang lebih kecil.

Idealnya, dana sponsor dan dana hasil liputan siaran televisi dikelola demi kebaikan seluruh tim yang berlaga. Klub-klub besar yang dimiliki artis perlu juga peduli pada nasib klub-klub semenjana agar kualitas kompetisi semakin membaik.

Dalam hal ini, regulator liga dan para pemilik klub serta sponsor perlu berdiskusi tentang bagaimana menciptakan trickle down effect dari limpahan dana dan meriahnya publikasi klub-klub sepak bola artis. 

Jalan tengah

Pepatah Latin mengatakan: virtus in medio. Jalan keutamaan adalah jalan tengah. Tak terlalu ekstrem. Tak terlalu berlebihan. Kebijaksanaan kuno ini perlu diterapkan dalam menyikapi tren klub-klub sepak bola yang dimiliki artis dan selebritis.

Silakan saja para artis dan investor secara umum mengakuisisi klub-klub sepak bola Indonesia. Hanya saja, PSSI dan para pemangku kepentingan sepak bola nasional serta masyarakat luas perlu mendorong dan mengatur agar kehadiran klub-klub artis ini membawa berkah bagi kebaikan bangsa, bukan hanya keuntungan segelintir insan saja.

Jurang antara klub-klub bermodal raksasa dan klub-klub semenjana justru perlu diantisipasi agar kompetisi menjadi lebih kompetitif dan menarik diikuti. Contohlah Liga Utama Inggris yang demikian ketat persaingannya hingga menarik perhatian dunia.

Pembinaan pemain muda nasional dan kesejahteraan serta kebahagiaan para pemain, wasit, dan penonton perlu menjadi prioritas. 

Regulator kompetisi perlu mengajak para artis dan selebritas untuk merancang bersama publikasi yang menarik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun