Malam Ela-ela
Di Maluku Utara, malam Lailatur Qadar diperingati dengan nama malam Ela-ela. Setiap keluarga muslim di Maluku Utara membakar pelita atau obor di depan rumah masing-masing.
Malam Ela-ela merupakan tanda perayaan soan. Soan sendiri merupakan budaya yang melekat erat dengan salah satu suku di Maluku Utara, yakni suku Makian. Perayaan ini sudah turun-temurun digelar.
Walau pada konteks historis belum ada data pasti kapan pertama kali digelar hingga penamaan Soan itu sendiri. Namun secara harafiah,perayaan ini adalah makna dari bentuk syukur dan hadiah bagi anak-anak yang berpuasa untuk pertama kalinya.
Menurut salah satu warga, jika anak-anak sudah memiliki niat membuat berpuasa dan ingin melakukan soan akan tetapi dalam perjalanannya mereka bolong puasa sehari atau dua hari, namun para orang tua tetap membuat soan, maka saat dewasa nanti mereka juga akan bolong-bolong berpuasa.
Tak ada kepastian soal asal-usulnya, namun tradisi soan ini masih terus dilaksanakan hingga saat ini. Tujuan pembuatan soan juga selain hadiah dan rasa syukur juga merupakan ajang pemberian semangat bagi anak-anak lain yang belum berpuasa.
Harapannya, saat tiba ramadan berikutnya, mereka juga termotivasi dan terdorong untuk berpuasa agar bisa merayakan soan dan menyaksikan keseruan pohon soan mereka diperebutkan oleh anak-anak.
Keduanya sangat serius. Kertas dilipat, digunting dan dilem. Beberapa saat kemudian, sudah nampak wujud yang mereka buat. Ikan, bendera, kapal selam (712) hingga berbagai ornamen lainnya.
Kegiatan ini, adalah salah satu tahap dan bagian dari perayaan soan. Oranamen ini akan menjadi hiasan yang digantung ke buah pohon pisang.
Keesokan harinya atau H-3 perayaan soan, dari ruang tamu kini beralih ke dapur. Ibu-ibu, yang merupakan sanak keluarga dan ibu dari anak-anak yang melakukan soan akan sibuk membuat kue.