Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mewaspadai Varian Baru, Belajar dari Tsunami Covid-19 di India

28 April 2021   15:27 Diperbarui: 28 April 2021   15:30 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana kremasi masal mereka yang meninggal dunia akibat penyakit virus corona (Covid-19) di sebuah krematorium di New Delhi, India, Senin (26/4/2021). India dihantam kengerian dengan lonjakan kasus Covid-19 mencetak rekor tertinggi dunia melampaui 17 juta kasus.(REUTERS/ADNAN ABIDI)

Kita merasa sangat prihatin saat membaca berita kompas.com mengenai munculnya sebuah varian baru di India yang tidak terdeteksi tes PCR Covid-19. Kehadiran varian baru Covid-19 ini tentu berkontribusi terhadap meluasnya virus korona baru di India.

Jumlah kasus di India telah mencapai 17 juta kasus Covid-19. India pada 26/4 kembali melaporkan 323.000 kasus Covid-19 dan 2.771 kematian dalam sehari, tanpa tanda-tanda melambat.

Dilansir dari laman resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO), semua virus (termasuk SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19)- berkembang seiring waktu. Ketika virus menggandakan atau membuat salinan dirinya sendiri, kadang-kadang berubah sedikit. Ini sesuatu yang normal untuk virus.

Perubahan ini disebut "mutasi". Virus dengan satu atau lebih mutasi baru disebut sebagai "varian" dari virus asli.

Apa yang menyebabkan virus berubah menjadi varian baru?

Ketika virus beredar luas dalam suatu populasi dan menyebabkan banyak infeksi, kemungkinan virus tersebut bermutasi semakin meningkat. 

Semakin banyak peluang virus untuk menyebar, semakin banyak ia bereplikasi. Artinya, semakin banyak peluang yang dimilikinya untuk mengalami perubahan.

Sebagian besar mutasi virus berdampak sedikit atau tidak sama sekali pada kemampuan virus untuk menyebabkan infeksi dan penyakit. Akan tetapi, bergantung pada lokasi perubahan pada materi genetik virus, perubahan tersebut dapat memengaruhi sifat virus dalam dua bidang:

Pertama, penularan (misalnya, dapat menyebar lebih atau kurang mudah). Kedua, tingkat keparahan (misalnya, dapat menyebabkan penyakit yang lebih atau kurang parah.

Dampak varian-varian baru terhadap efektivitas vaksin

Vaksin COVID-19 yang saat ini sedang dalam pengembangan atau telah disetujui diharapkan dapat memberikan setidaknya beberapa perlindungan terhadap varian virus baru. Oleh karena itu, perubahan atau mutasi pada virus seharusnya tidak membuat vaksin menjadi tidak efektif sama sekali. 

Jika salah satu dari vaksin ini terbukti kurang efektif terhadap satu atau lebih varian, dimungkinkan untuk mengubah komposisi vaksin untuk melindungi diri dari varian baru Covid-19.

Data terus dikumpulkan dan dianalisis untuk memahami varian baru virus COVID-19. WHO bekerja sama dengan peneliti, pejabat kesehatan, dan ilmuwan untuk memahami bagaimana varian ini memengaruhi perilaku virus, termasuk dampaknya terhadap efektivitas vaksin, jika ada. 

Sementara kita belajar lebih banyak, kita perlu melakukan segala kemungkinan untuk menghentikan penyebaran virus untuk mencegah mutasi yang dapat mengurangi kemanjuran vaksin yang ada. 

Bagaimana dengan mutasi di masa depan?

Dalam artikel The Conversation, empat akademisi menulis hal-hal penting berikut:
Kemungkinan besar akan ada varian baru SARS-CoV-2 dalam waktu dekat. Faktanya, sangat mungkin varian baru sudah beredar di populasi manusia, tetapi belum dapat dideteksi dengan surveilans genom. 

Pengawasan kuat di beberapa negara - seperti Inggris dan Afrika Selatan - tetapi sangat terbatas di negara lain, termasuk sebagian besar negara di Afrika.

Yang mengkhawatirkan adalah kita sekarang tahu bahwa protein S dari virus korona penyebab flu musiman berevolusi untuk menghindari respons kekebalan tubuh, seperti yang dilakukan virus influenza. Ini berarti vaksin SARS-CoV-2 mungkin harus diperbaharui secara teratur, seperti halnya vaksin flu.

Protokol kesehatan tetap jadi andalan

(KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo)
(KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, pertemuan massal, rendahnya tingkat vaksinasi, dan varian baru virus corona yang ganas menyebabkan kasus Covid-19 di India melonjak parah. Ini adalah "diary kegagalan" penanganan pandemi di India yang menjadi pelajaran bagi semua negara, termasuk Indonesia.

Saat ini kehadiran vaksin memang memberikan harapan baru bagi kita. Akan tetapi, kita jangan terlena. Vaksin adalah salah satu "senjata" saja dalam memerangi virus Covid-19. 

Orang yang telah menerima vaksin tetap perlu mematuhi protokol kesehatan demi keselamatan diri dan orang lain. 

Infografik: Panduan New Normal di Tempat Perbelanjaan (KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo)
Infografik: Panduan New Normal di Tempat Perbelanjaan (KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo)
Varian-varian baru terus bermunculan, akan tetapi studi terkini belum menemukan perubahan yang sangat signifikan dalam upaya pencegahan dari risiko infeksi Covid-19.

Bahwa virus Covid-19 sampai kini perilakunya (cara penularan dan pencegahannya) masih cukup bisa dideteksi sebenarnya patut kita syukuri. 

Menjalankan protokol kesehatan seperti yang telah dikampanyekan badan kesehatan dunia adalah suatu tindakan yang wajib kita lakukan. Salam sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun