Menurut penulis, penelitian tersebut membuktikan bahwa kegagalan Indonesia dalam meningkatkan kepatuhan protokol kesehatan kemungkinan besar dipengaruhi oleh kurang tepatnya pemahaman publik yang berbasis kepada penelitian dan fakta. Strategi melawan Covid-19 pun sulit untuk dijalankan, jika tingkat kepatuhan tetap rendah.
Dua Strategi Kunci Penanganan Covid-19 yang Berhasil
The World Happiness Report juga mengukur keberhasilan setiap negara-negara di dunia dalam menerapkan strategi penanganan pandemi Covid-19. Terdapat dua kunci dari keberhasilan sebuah negara dalam memerangi Covid-19 yang diukur dari tingkat kematian akibat Covid-19 selama tahun 2020, yaitu kepercayaan dan kesetaraan pendapatan.
Masyarakat dari negara dengan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap pemerintah, dan keseteraan pendapatan yang baik, lebih sukses dan sangat menentukan keberhasilan sebuah negara dalam memerangi Covid-19.
Selain kedua strategi kunci tersebut, penelitian ini juga menemukan bahwa negara yang memiliki pengalaman memerangi epidemi Severe Acute Respiratory Syndorme (SARS), seperti China, Hong Kong, Taiwan, dan Singapura, cenderung lebih sukses dalam menerapkan strategi melawan Covid-19.
Perempuan pemimpin juga menjadi faktor penentu kesuksesan sebuah negara. Di mana 7 negara yang dipimpin oleh perempuan seperti Jerman, Taiwan, Selandia Baru, Islandia, Finlandia, Norwegia, dan Denmark, selain mendapatkan peringkat tinggi sebagai negara paling bahagia di dunia, juga sukses mengatasi pandemi.
Dikutip dari Forbes (13/4/20), terdapat 4 penentu yang membedakan perempuan pemimpin negara dari rekannya yang pria, yakni kebenaran, ketegasan, teknologi, dan cinta.
Kebenaran ditunjukkan oleh Kanselir Jerman Angela Merkel, di mana Jerman melompati fase-fase awal seperti penyangkalan, kemarahan, dan ketidakjujuran ketika menghadapi kasus pertama Covid-19 yang justru terjadi di negara lainnya. Merkel juga berdiri lebih awal daripada pemimpin negara lainnya untuk menyerukan bahwa Covid-19 adalah penyakit yang serius.
Ketegasan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen di Taiwan dapat kita lihat pada bulan Januari 2020, di mana ia mengesahkan 124 tindakan untuk menurunkan penyebaran virus tanpa menerapkan lockdown. Respons tersebut berhasil membawa Taiwan hingga seperti kondisi sekarang, dengan hanya memiliki 10 kasus kematian akibat Covid-19.
Sedangkan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Arder awalnya dinilai terlalu cepat dalam memberlakukan lockdown. Namun, responsnya yang tegas justru menyelamatkan Selandia Baru dari badai pandemi, di mana hanya terdapat 26 kasus kematian akibat Covid-19.