Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Asa, Karsa, dan Hijau Sawah

17 Maret 2021   11:02 Diperbarui: 17 Maret 2021   11:01 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak obrolan pagi dengan Pak Lurah dan tamunya. Karsa terus berpikir, apa benar yang dikatakan mereka berdua. Bahwa, kawasan pergudangan akan menyedot bisnis lain ke desa ini. Pabrik, perumahan, pusat perdagangan dan akan mengancam area pertanian warga.

Kekhawatiran Karsa, semakin menjadi. Kala mendengar rencana tetangganya untuk mendirikan warung makan di depan proyek pergudangan tersebut. Itu artinya, ada satu atau dua petak sawah yang akan hilang.

Dalam hati, berat untuk menerima tawaran dari Pak Lurah. Namun, ia harus mengambil keputusan atau tidak mendapatkan apa-apa.

Sore hari, Karsa pergi ke balai desa. Terlihat sudah banyak petani berkumpul di sana. Pak Lurah belum terlihat, hanya ada Pak Martin duduk di dalam ruangan.

Pak Martin keluar ruangan dan menghampiri Karsa. Raut wajahnya terlihat senang, Ia sangat antusias melihat Karsa datang.

"Jadi bagaimana, Mas Karsa. Setuju dengan tawaran kami?" tanya Pak Martin.

"Sangat setuju, Pak Martin," jawab Karsa.

Obrolan mereka berdua, terhenti oleh kehadiran Pak Lurah dan Haji Sobri. Mereka langsung memasuki ruangan balai desa dan duduk paling depan. Karsa heran, kenapa Haji Sobri turut hadir.

Para petani lain, sudah duduk manis di dalam ruangan. Karsa dipersilahkan duduk di deretan depan bersama Pak Martin. Mereka menanti Pak Lurah untuk berbicara.

"Assalamualaikum, bapak-bapak dan ibu-ibu tani. Warga Desa Alas Kahuripan, yang terhormat. Kita berkumpul di sini dengan kesadaran dan persetujuan bersama."

Kata sambutan dari Pak Lurah tak begitu fokus ia simak, pikiran masih belum tenang. Karsa tak dapat membayangkan, nasib desanya ke depan. Namun ia sadar, perubahan adalah keniscayaan dan ia harus terlibat di dalam perubahan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun