Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hanya Ada di Papua, Belanja Naik Speedboat Bayar Enam Juta

1 Februari 2021   16:21 Diperbarui: 2 Februari 2021   11:07 2065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketinting - Dok Susana Alkorisna

Senyaman-nyamannya tinggal di pedalaman karena jauh dari keramaian dan kerumunan yang menentramkan hati, orang pedalaman juga perlu ke kota untuk memenuhi kebutuhan hidup. Demikian kira-kira ungkapan pas untuk saya, guru pedalaman di Kabupaten Mappi, Papua. 

Bersama murid-murid hebat dari Papua - Dok Susana Alkorisna
Bersama murid-murid hebat dari Papua - Dok Susana Alkorisna
Sudah setahun lebih empat bulan sejak ditugaskan di Venaha ibu kota Shapykia, telah 5 kali saya melakukan pergi pulang ke ibu kota distrik tetangga bernama Edera untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti membeli makanan, perlengkapan mandi, minyak tanah untuk pelita yang dinyalakan bergantian dengan genset, dan juga bensin untuk mengisi genset.

Membahas tentang belanja kebutuhan sehari-hari antara distrik saya tinggal dan distrik tetangga sering kali membuat saya merasa tercekik. Sebut saja beras 10 kg harganya bisa mencapai Rp 180.000, bensin 1 liter seharga Rp 15.000, dan gula untuk 1 kg seharga Rp 25.000. 

Harga barang tersebut jika dibandingkan dengan harga di ibu kota distrik tetangga bisa lebih murah, kurang lebih selisih Rp 5.000 hingga Rp 10.000.

Pelabuhan speedboat dan ketinting di Bade, Papua- Dok Susana Alkorisna
Pelabuhan speedboat dan ketinting di Bade, Papua- Dok Susana Alkorisna
Belanja Naik Speedboat Bayar Enam Juta

Selama saya tinggal di Papua, untuk menjangkau desa tetangga demi memenuhi kebutuhan, transportasi yang biasa saya gunakan adalah ketinting milik masyarakat setempat. Ketinting sendiri merupakan perahu kayu yang menggunakan motor luar dengan poros panjang yang dipasang di bagian sisinya. 

Biaya perjalanan ke distrik tetangga menggunakan ketinting untuk pergi pulang cukup banyak menguras kantong, yang mana untuk pergi pulang sendiri dapat mengeluarkan uang sebesar Rp 500.000. 

Namun, jika ingin akses yang lebih cepat, masyarakat di sana juga menawarkan jasa speedboat seharga Rp 6.000.000. Mungkin hanya ada di Papua harga sewa semahal itu.  

Perbedaan harga sewa ketinting yang 12 kali lebih murah dari speedboat juga mempengaruhi waktu tempuh perjalanan. Untuk sampai di ibu kota distrik tetangga (Bade) dengan menggunakan ketinting butuh 10-12 jam, sedangkan speedboat waktu tempuh hanya memakan waktu 3 jam. 

Sungguh, dua jenis transportasi dengan kelebihan dan kekurangan yang signifikan ini membuat pengguna seperti saya perlu mempertimbangkan dengan matang sebelum memutuskan untuk menggunakannya.

Bersila bisa 10 jam tapi tetap ceria - Dok Susana Alkorisna
Bersila bisa 10 jam tapi tetap ceria - Dok Susana Alkorisna
Mungkin banyak orang di luar Papua yang belum tahu bagaimana mahalnya harga transportasi di Bumi Cenderawasih ini. Ada dilema yang harus dialami masyarakat pedalaman ketika hendak pergi ke kota guna memenuhi kebutuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun