Air adalah bingkai dari situasi yang kita alami sekarang. Air bisa diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan peristiwa memilukan. Lambang kesedihan. Selain itu, air bisa diartikan sebagai lambang kegeraman.
Ya, situasi yang sangat relevan dengan yang kita rasakan , terkait maraknya berita duka dari berbagai musibah yang menghadang tanah air. Diawali dengan pandemi Covid-19 awal Maret 2020 yang belum berkesudahan. Terlebih, di tengah situasi cuaca dan iklim yang mencekam saat ini di awal tahun 2021. Sungguh ironis.
Ibu pertiwi sedang menangis, alam sedang murka. Itulah yang harus dipahami dan bisa dijadikan sebagai  bentuk introspeksi diri. Banyak orang berbondong-bondong berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kesembuhan bumi ini.Â
 Air ketika disentuh oleh tangan seseorang, membentuk sebuah lingkaran yang bisa melambangkan siklus dari tatanan kehidupan.
Ya, tentunya tangan terbalut sarung tangan lateks, mengiringi makna dari foto tersebut. Â Merupakan lambang sebuah hubungan. Apapun itu baik relasi sesama manusia, manusia dengan alam, maupun Tuhannya. Â
Foto ini bisa memberikan pencerahan bagi diri kita, sentuhan tangan terhadap genangan air mengingatkan bahwa manusia ikut andil di dalamnya. Maka, sudah sepantasnya kita sebagai manusia untuk menata, menjaga, merawat, dan memperbaiki tatanan kehidupan agar berjalan seimbang, beriringan, serta selaras harmonis. Agar tidak menjadi kekacauan yang semakin merebak ke mana-mana.
Lalu, mengapa dibaluri sarung tangan lateks? Mengingatkan supaya kita berhati-hati dalam mengelola tatanan kehidupan. Memakai sarung lateks, adalah lambang dari betapa berharganya bumi dan seluruh makluk hidup yang menghuninya. Â Yang patut dilindungi dan diperjuangkan.
Ya, memang benar bukan?  Sarung lateks digunakan untuk sesuatu yang bersifat steril, bersih, dan sebagainya. Sama saja bukan? Seperti ketika kita lahir  di dunia. Bayi dilambangkan dalam keadaan bersih atau suci, berlaku juga bagi  tatanan dunia ini.
Ya, sekarang jika foto tersebut dipandang dalam posisi yang berbeda. Apakah dirimu  menemukan interpretasi yang berbeda pula? Atau tetap sama?  Ya, diriku, menemukan suatu celah sudut pandang berbeda di foto tersebut. Tetap, sama-sama menggambarkan realitas sesungguhnya, meskipun bisa sangat bertolak belakang.
Cermin, sama saja seperti air, bisa diartikan sebagai sesuatu yang sangat bersebrangan. Cermin memiliki kemampuan luar biasa. Â Cermin bisa menenggelamkan diri kita dan membawa kita berada di isi kepala kita (alam bawah sadar). Ketika melihat cermin diriku memaknainya sebagai lambang dari insecurity sekaligus narsistik.
Ah, tidak usah terlalu jauh untuk mendeskripsikan itu. Dua kata tersebut, sudah sangat viral , seringkali  didengar, diucapkan, bahkan diperbincangkan orang-orang baik dalam lingkup personal, kelompok, publik, dan sebagainya. Balik ke diri masing-masing, bagaimana  dengan dirimu?