Baru-baru ini muncul seruan untuk uninstall whatsapp. Seruan ini muncul akibat diwajibkannya pengguna Whatsapp untuk mengijinkan data pribadinya dibagikan ke Facebook. Pengguna khawatir bahwa data ini kemudian akan disalahgunakan.Â
Rasanya kekhawatiran ini wajar. Namanya juga data pribadi. Takut kemudian dipakai untuk tindakan melawan hukum. Jadi apakah perlu ramai-ramai uninstall Whatsapp? Untuk menjawab pertanyaan ini agaknya sulit. Antara uninstall dan jangan. Fifty-fifty.Â
Mengapa? Karena whatsapp itu di Indonesia sudah mendarah daging. Ibarat manusia butuh minum air setiap hari, Whatsapp juga seakan sudah menjadi kebutuhan pokok. Whatsapp sudah begitu lekat dengan kehidupan sehari-hari. Saya yakin anda semua juga setuju. Lihat saja berapa jumlah grup WA yang ada dalam gawai anda.Â
Saya sendiri punya lebih dari 10 grup. Grup teman SMP, grup teman SMA, grup teman kuliah, grup RT, grup RW, grup keluarga, dan tentu saja grup kantor alias grup di lingkungan pekerjaan.
Nah bicara tentang Whatsapp di lingkungan kerja, aplikasi percakapan ini tingkat urgensinya sudah sangat tinggi. Whatsapp tidak aktif sehari saja, pekerjaan bisa terbengkalai. Orang lain bisa mencari-cari dan bertanya-tanya apa yang terjadi dengan orang yang bersangkutan. Whatsapp bahkan sanggup menghilangkan salah satu komponen penggajian yakni tunjangan komunikasi.Â
Mengapa demikian? Karena orang sudah bisa saling berkirim pesan dan bertelepon dengan menggunakan whatsapp secara gratis. Sekarang coba kita lihat bagaimana whatsapp berperan penting dalam urusan pekerjaan.
1. Whatsapp diperlukan untuk berkoordinasi.
Koordinasi dalam tim saat ini sudah mutlak menggunakan whatsapp. Baik itu dalam grup maupun japri. Alasannya whatsapp dipandang sangat fleksibel. Selain berkirim pesan, kita bisa mengirimkan gambar dan video. Sehingga tidak hanya teks, visual juga dapat ditampilkan.
2. Whatsapp diperlukan untuk beriklan.
Tengok saja semua iklan penawaran produk saat ini, hampir semua sudah mencantumkan nomor whatsapp untuk mempermudah pelanggan maupun calon pelanggan untuk melakukan kontak langsung dengan penjual.
3. Whatsapp bahkan bisa digunakan sebagai informasi resmi seperti email.
Mungkin karena sudah biasa digunakan untuk urusan kedinasan sehingga percakapan whatsapp bisa digunakan sebagai evidence (bukti otentik) dalam urusan bisnis. Bukti otentik itu sama dengan email resmi.
4. Whatsapp sudah banyak digunakan sebagai komunikasi untuk layanan publik.
Mungkin kita sudah pernah menerima anjuran pemerintah maupun pengumuman penting lainnya dari pemerintah yang masuk melalui pesan Whatsapp. Mulai dari informasi pemilu sampai pengendalian Covid-19. Tidak hanya itu, banyak hotline contohnya yang terkait kesehatan, transportasi, dan wisata yang membuka layanan pesan whatsapp.Â
Suatu saat saya pernah mendaftarkan keluarga untuk periksa dokter ke rumah sakit. Ternyata untuk pendaftaran, pihak RS membuka layanan lewat whatsapp sehingga pasien tidak perlu antri panjang untuk mengurus administrasi pendaftaran.
*
Empat alasan diatas membuat urgensi whatsapp menjadi sangat kuat. Whatsapp sudah menjadi "kebutuhan pokok" mulai dari anak-anak hingga orang tua. Memang kemudian beberapa aplikasi sejenis muncul ke permukaan seperti Signal dan Telegram. Namun keduanya belum cukup familiar di kalangan masyarakat.Â
Telegram, walaupun sudah banyak yang menginstal tetapi bukan merupakan aplikasi percakapan utama. Saya sendiri sudah lama mengenal telegram. Sudah terinstal juga di gawai. Saya merasa sesungguhnya aplikasi telegram tidak kalah dari Whatsapp secara fitur dan kenyamanan. Tetapi komunikasi percakapan tetap menggunakan whatsapp.Â
Persoalannya jelas, orang-orang yang kita ajak berkomunikasi masih menggunakan Whatsapp. Kondisi demikian membuat saya tidak mungkin menghilangkan whatsapp dari gawai. Mau tak mau, suka tidak suka, Whatsapp tetap digunakan.
Lalu pertanyaannya bagaimana caranya bila ingin berpindah ke aplikasi lain? Ya harus ada migrasi massal. Orang-orang harus pindah secara bersamaan. Tidak hanya di lingkaran pekerjaan. Tetapi juga lingkungan pertemanan, keluarga, komunitas, layanan publik, dan lainnya. Mungkinkah? Rasanya kok sulit.
Jadi, bisakah peran Whatsapp digantikan?
Ditulis oleh Meirri Alfianto untuk Inspirasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H