Bersyukur adalah bukti rasa terima kasih seseorang terhadap apa yang telah diberikan Tuhan pada dirinya. Apapun itu, baik itu materi maupun kepuasan batin. Materi pun tidak selalu harus yang terkesan “waw”.
Kita bisa makan nasi hari ini dengan lauk ikan asin pun sudah menjadi kenikmatan materi yang luar biasa jika kita mampu mensyukurinya. Tentu saja, jika sudah mampu mensyukuri segala kenikmatan materi yang ada, kepuasan batin akan mudah sekali kita rasakan.
Selain itu tak dapat kita pungkiri juga bahwa tidak bahagia dapat menimbulkan perasaan cemas, depresi, stress, hingga bunuh diri. Maka dari itu, selalu bersyukur dapat memberikan suntikan sehat pada diri kita untuk dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Siapa sih yang tidak merasakan bahagia ketika hati selalu bersukur? Barangkali perlu diperiksakan ke psikolog atau orang pintar kalau ternyata ada orang yang mengeluhkan tidak bahagia meski berusaha untuk bersyukur. Ah, semoga itu hanya anggapan salah, ya? Hehe.
Lalu, apa kunci bahagia yang selanjutnya?
Kedua, Berprasangka Baik
Prasangka baik dalam bahasa Arab disebut juga dengan husnudzon. Koko Liem (2012) dalam bukunya “Berbaik sangkalah Maka Hidupmu akan Barokah”, menuliskan bahwa berprasangka baik dapat menyelamatkan hati dan hidup kita.
Hati yang bersih adalah hati yang tidak menyimpan kebencian.
Begitu pula, hati yang berseri-seri ialah yang selalu berpikir positif bagi dirinya maupun orang lain.
Nah, tidakkah kita akan bahagia jika kita selalu berpikir positif yang dampaknya sudah tentu memberikan ketenangan hati. Keadaan hati yang kalut karena pikiran yang tidak-tidak, justru yang akan mengusir kebahagian yang selama ini kita dambakan.