Sadranan Simbol Kerukunan, Persaudaraan, dan Semangat Gotong Royong dalam Masyarakat Ringinsari
Apakah Anda pernah mendengar sebuah gelaran tradisi budaya bernama  Sadranan?Â
Sadranan merupakan sebuah tradisi budaya untuk menghargai para ahli kubur. Ahli kubur yang dimaksudkan  adalah mereka  yang telah meninggal dunia.Â
Sebuah dusun di daerah dekat Ampel, Boyolali, Jawa Tengah, bernama Ringinsari masih memelihara tradisi penghargaan terhadap para leluhur tersebut.
Bentuk penghargaan yang dilakukan oleh masyarakat di sana adalah dengan melakukan gotong-royong dalam membersihkan pemakaman para ahli kubur tersebut seraya mendoakan mereka.Â
Kenduren adalah tradisi yang melengkapi Sadranan. Kenduren sendiri dilakukan setelah acara membersihkan area pemakaman yang berada di lingkungan daerah tersebut.Â
Kenduren dilakukan dengan cara menikmati makanan yang telah disiapkan oleh masing-masing keluarga serta bersama-sama menyantapnya di sebuah tempat. Biasanya dilakukan di dekat pemakaman atau di area masjid, atau mushola setempat.
Ragam makanan yang disantap seluruh anggota masyarakat secara bersama-sama tersebut disiapkan secara swadaya oleh mereka. Wujud syukur atas pemeliharaan Tuhan Yang Maha Kuasa dituangkan dalam tradisi ini.
Persaudaraan dan kerukunan yang diupayakan sedemikian rupa secara simbolis tergambar dengan jelas dari tradisi Sadranan ini.
Nah, setelah prosesi makan dan mengucap syukur bersama dalam tradisi Kenduren, maka rangkaian acara Sadranan dilanjutkan kembali dengan berkunjung ke rumah saudara-saudara, kerabat, tetangga untuk saling bersilaturahmi.
Memang ada yang berbeda untuk tahun ini. Sadranan tahun 2020 di dusun Ringinsari dilakukan dengan sangat terbatas, karena  pandemi Covid19 yang sedang merebak.
Saling berkunjung dan bersilaturahmi ini menjadi rangkaian acara penutup tradisi Sadranan dalam lingkup wilayah dusun Ringinsari.
Banyak nilai yang bisa ditangkap dari gelaran tradisi budaya yang satu ini. Menghargai para leluhur yang telah menghadap Yang Mahakuasa, mempererat persaudaraan dan silaturahmi, serta tetap mengusung semangat gotong-royong antar masyarakat menjadi titik sentral pada tradisi ini.
Dari seorang warga dusun Ringinsari yang bernama Ibu Sri Wahyono, ada sebuah kebiasaan unik yang terjadi dalam tradisi ini. Setiap orang yang berkunjung untuk bersilaturahmi dianjurkan untuk menyantap hidangan yang telah disediakan oleh tuan rumah. Menyantap hidangan berarti menghargai sang tuan rumah yang telah menyediakan.Â
Tuan rumah akan sangat senang jika tamu yang berkunjung bisa bersama-sama menyantap hidangan yang telah disediakan oleh mereka.
Bisa dibayangkan jika 10 rumah dikunjungi, 10 hidangan harus disantap dari tiap-tiap keluarga yang dikunjungi. Wow, selain mempererat persaudaraan, perut kenyang tak terkira bisa dirasakan, hehehe.
Indonesia kaya akan ragam budaya dan tradisi. Benang merah yang bisa ditarik dari tiap budaya dan tradisi yang diusung adalah memberikan kedamaian, toleransi, dan kerukunan persaudaraan.
Berharap tradisi Sadranan 2021 bisa digelar kembali dan membawa kebahagiaan bagi masyarakat dusun Ringinsari.
Ditulis untuk Inspirasiana.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H