Dalam hal ini tidak termasuk orang-orang yang memang kisah kehidupan pribadinya, yang tidak ingin diekspos, terpampang bebas dalam hiruk pikuk pasar berita yang bisa menyesatkan dan merugikan dirinya sendiri. Namun, yang dimaksud di sini adalah liputan untuk membuka sudut pandang berbeda dari suatu peristiwa atau kisah inspiratif yang tampaknya tersembunyi, tapi sebetulnya hal itu adalah intisari kehidupan yang paling dekat dengan keseharian orang-orang.
Orang kampung mungkin tidak sadar dengan pengaruh memanasnya hubungan diplomatik Tiongkok dan Indonesia, akibat infiltrasi kapal patroli Tiongkok ke Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di Laut China Selatan. Namun, mereka akan merasa tersentuh saat sawahnya yang terendam banjir akibat tanggul air yang jebol di hulu desanya di angkat ke permukaan, atau hutan di kampungnya yang dijarah para pencuri bunga liar. Bahkan beberapa di antara mereka berkabar bahwa pernah bertemu harimau, yang juga mungkin merasa terganggu dengan manusia-manusia yang memandang hutan hanya sebagai sumber kepuasan pribadinya.
Di sinilah menariknya menempatkan jurnalisme warga (citizen journalism) sebagai tandem yang saling melengkapi dengan jurnalisme profesional. Dalam hal ini, hubungan antara pemberitaan oleh warga yang menjalankan fungsi selayaknya jurnalis profesional, dengan pemberitaan oleh jurnalis dari media profesional, atau media arus utama.
Keduanya, jurnalisme warga dan jurnalisme profesional (baik media cetak, televisi, maupun daring), adalah ibarat sekeping koin dengan dua wajah yang tidak bisa terpisah, walaupun memandang dari sudut pandang yang berbeda. Keduanya kiranya saling melengkapi.
Jadi, apa yang harus dilakukan seorang jurnalis (warga) selain melakukan pengujian langsung ke lapangan atau sumber berita apabila ingin mendapatkan berita atau cerita yang tidak saja menarik, tapi juga aktual, dan bermanfaat bagi pembaca? Berikut ini tiga hal yang perlu, yang saya dapatkan juga dari seorang jurnalis dan mantan jurnalis yang masih tetap hobi menulis.
Pertama, perlu menambahkan pendapat dari para ahli, praktisi, akademisi, dan sebagainya, untuk melengkapi berita dari sumber rilis instansi, untuk memperkaya rilis. Dilansir dari laman romeltea.com, press release, siaran pers, atau rilis adalah informasi, biasanya berupa naskah berita, yang dibuat oleh public relations (PR) atau hubungan masyarakat (humas) suatu organisasi, perusahaan, atau instansi yang disampaikan kepada media massa untuk dipublikasikan dalam media massa tersebut.
Kedua, jurnalis (warga) jangan hanya sekadar menunggu "ada berita" baru membuat liputan. Agak aneh bukan, bila misalnya seorang jurnalis liputan kriminal pada suatu media harian mengharapkan adanya peristiwa kriminal atau kejahatan agar bisa menjadi bahan tulisan?
Penting bagi seorang jurnalis untuk menciptakan sebuah isu untuk diangkat menjadi cerita atau berita. Dari sebuah isu yang menarik dan aktual, akan bermanfaat bagi lahirnya sebuah kesadaran bersama atau bahkan kebijakan bermutu dari para pemangku kepentingan.
Dalam pemahaman ini, seorang jurnalis (warga) yang demikian ibarat seorang pejuang yang berjuang melakukan transformasi nilai-nilai dalam kehidupan, untuk menghadirkan kebaikan lewat tulisan. Ujung penanya ibarat sebuah mata anak panah perjuangan demi lahirnya sebuah perubahan, ibarat mata jarum yang merajut harapan dengan kehalusannya yang tajam.
Â