Waktu kita kecil, mungkin saja kita beruntung sekali boleh mendengarkan dongeng sebelum tidur. Siapa pendongengnya? Biasanya ayah dan atau ibu. Meskipun lelah bekerja, ayah dan atau ibu tetap bersemangat mendongeng di malam hari.
Dengan mendongeng pada anak-anak, ada aneka manfaat yang didapat:
1. Ikatan orang tua dan anak semakin kuat
Semakin intens orang tua dan anak menjalin kebersamaan, semakin kuat pula ikatan orang tua dan anak. Bermain bersama, melewatkan waktu santai, dan juga mendongeng menjadi sarana untuk mempererat ikatan batiniah antara orang tua dan anak.
2. Meningkatkan kosakata anak
Sebuah penelitian tahun 2015 yang dimuat publikasinya dalam Time membuktikan bahwa membacakan dongeng atau cerita pada anak sejak dini mengaktifkan bagian otak yang memungkinkan mereka untuk memahami arti kosakata dan kalimat.
3. Menyiapkan anak untuk memahami bahasa formal
Meskipun bahasa yang digunakan dalam buku dongeng adalah bahasa sederhana, tetap saja bahasa itu cenderung merujuk pada bahasa formal. Ada aturan bahasa yang kurang lebih ditaati para penulis buku atau cerita anak.
Menurut laman ini, membacakan dongeng bermanfaat untuk memperkenalkan bahasa buku, yang berbeda dari bahasa percakapan yang didengar dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mendukung keberhasilan belajar anak
Menurut laman pbs.org, semakin banyak kata yang dikenal sewaktu masa kanak-kanak, semakin banyak kata yang akan mereka pelajari. Semakin kuat kemampuan bahasa mereka ketika mereka mencapai taman kanak-kanak, semakin siap mereka untuk dapat membaca. Semakin baik mereka membaca, semakin banyak kemungkinan besar mereka akan lulus dari sekolah menengah.Â
Dalam keluarga kami, hal ini terbukti. Anak-anak yang dibiasakan mendengarkan cerita anak dan membaca cerita anak akhirnya meraih prestasi akademik yang baik.Â
5. Membiasakan anak mencintai buku dan pustaka
Menurut Jim Trelease, penulis buku laris, The Read-Aloud Handbook, setiap kali kita membacakan cerita pada anak, kita mengirimkan pesan 'rasa bahagia' ke otak anak
Pesan ini berfungsi layaknya iklan yang membuat anak mengaitkan buku dan pustaka dengan 'rasa bahagia'. Dampaknya, anak-anak bertumbuh dengan kecintaan membaca buku dan aneka sumber pustaka.
Menulis sendiri cerita anak, apa kiatnya?
Kita bisa menulis sendiri atau mengarang sendiri cerita untuk anak-anak. Â Beberapa panduan dalam membuat cerita atau dongeng anak:
1. Gunakan kata-kata paling sederhana dan kalimat pendek.
2. Fokuskan kisah pada dua atau tiga tokoh saja.Â
3. Sisipkan selalu setidaknya satu pesan moral, misalnya: rajin membantu orang tua, suka menolong, toleran, dan bersikap jujur.
4. Bayangkan dalam posisi sebagai anak-anak yang mendengarkan cerita.
5. Pancing minat anak dengan pertanyaan-pertanyaan di dalam kisah.
6. Kita bisa membuat ilustrasi sendiri atau memanfaatkan ilustrasi dari majalah, koran, atau internet.
Tiga situs penyedia dongeng anak gratis
Ternyata tidak selalu harus membeli buku cerita anak. Jika kita tekun mencari, ada beberapa situs penyedia dongeng anak gratis. Tiga di antara situs penyedia dongeng dan cerita anak gratis:
1. IPusnas (Perpustakaan Digital Nasional)
Seperti layaknya perpustakaan luring, ada sistem tunggu dan sistem pengembalian buku.
2. Letsreadasia
Yang paling menarik dari Letsreadasia ini adalah bahwa ada juga buku-buku berbahasa daerah, misalnya bahasa Minangkabau, Bali, Sunda, Batak Toba dalam koleksinya.
Penulis juga bisa menjadi penerjemah dan penyumbang naskah di laman ini. Menarik, bukan?
3. Kompasiana
Wah, ternyata ada juga cukup banya dongeng dan cerita anak di Kompasiana. Bagaimana cara mencarinya?Â
1. Ketik saja di mesin pencari internet kata kunci "Kompasiana cerita anak"; "Kompasiana dongeng anak"; "Kompasiana cerita rakyat", dan sebagainya.
Hasil pencarian:
Ikuti penulis Kompasiana yang kadang atau sering menulis cerita anak.Â
Beberapa yang sempat saya daftar antara lain: Dwi Klarasari;Â Indra Rahadian; EcyEcy; Zahrotul Mujahidah; dongeng bahasa Sunda oleh Hana Marita.
Ada yang ingin menambahkan nama akun sendiri atau akun Kompasianer lain yang hobi nulis cernak dan dongeng dalam daftar ini? Silakan tinggalkan komentar cantik di bawah:)
*
Salam literasi dari Inspirasiana. NB: Artikel ini tidak disponsori pihak mana pun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H